Selasa, 15 Mei 2012

Imunisasi pada Anak


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Tuhan menciptakan setiap makhluk hidup dengan kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap ancaman dari luar dirinya. salah satu ancamanterhadap manusia adalah penyakit, terutama penyakit infeksi yang dibawa oleh berbagai macam mikroba seperti virus, bakteri, parasit, jamur. tubuh mempunyaicara dan alat untuk mengatasi penyakit sampai batas tertentu. beberapa jenis penyakitseperti pilek, batuk, dan cacar air dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. dalam halini dikatakan bahwa sistem pertahanan tubuh (sistem imun) orang tersebut cukup baik untuk mengatasi dan mengalahkan kuman-kuman penyakit itu. tetapi bila kuman penyakit itu ganas, sistem pertahanan tubuh (terutama pada anak anak atau padaorang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah) tidak mampu mencegah kumanitu berkembang biak, sehingga dapat mengakibatkan penyakit berat yang membawakepada cacat atau kematian.
Apakah yang dimaksudkan dengan sistem imun? kata imun berasal dari bahasa latin ‘immunitas’ yang berarti pembebasan (kekebalan) yang diberikankepada para senator romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajibansebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan. dalam sejarah, istilah inikemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindunganterhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit menular. sistem imunadalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yangdihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalamtubuh.
Kuman disebut antigen. pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam tubuh,maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi.pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat,karena tubuh belum mempunyai "pengalaman." tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yangdianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. hal inidimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan imunisasi?
2.      Apa tujuan diberikannya imunisasi pada anak?
3.      Ada berapa jenis/klasifikasi imunisasi?
4.      Bagaimana aturan/dosis pemberian imunisasi?
5.      Apa saja yang perlu diperhatikan sebelum pemberian imunisasi?

C.    TUJUAN
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan imunisasi.
2.      Mengetahui tujuan pemberian imunisasi.
3.      Mengetahui jenis/klasifikasi imunisasi.
4.      Mengetahui dosis pemberian imunisasi (vaksin sesuai usia anak).
5.      Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum pemberian imunisasi (vaksin).














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    PENGERTIAN IMUNISASI
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.
Imunisasi sendiri berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. imunitas atau kekebalan dari suatu penyakit diperoleh melalui kehadiran antibodi terhadap penyakit tersebut pada system tubuh seseorang. Antibodi sendiri adalah protein yang diproduksi oleh tubuh untuk menetralkan atau membunuh toksin atau organisme pembawa penyakit. Antibodi merupakan protein yang spesifik terhadap satu penyakit. Sebagai contoh, antibodi terhadap penyakit campak akan melindungi seseorang yang terpapar penyakit campak, akan tetapi tidak dapat menimbulkan efek melindungi apabila ia terkena penyakit lain seperti gondongan.
Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. (Depkes RI, 2005).
Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia, untuk mencegah penyakit. (Depkes-Kessos RI, 2000).
B.     TUJUAN IMUNISASI
1.      Imunisasi merupakan investasi kesehatan masa depan karena pencegahan penyakit melalui imunisaXsi merupakan cara perlindungan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh lebih murah dibanding mengobati seseorang apabila telah jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit.
2.      Dengan imunisasOOi, anak akan terhindar dari penyakit infeksi berbahaya, maka mereka memiliki kesempatan beraktifitas, bermain, belajar tanpa terganggu masalah kesehatan. Namun demikian, sampai saat ini masih terdapat masalah-masalah dalam pemberian imunisasi, antara lain pemahaman orang tua yang masih kurang pada sebagian masyarakat, mitos salah tentang imunisasi, sampai jadwal imunisasi yang terlambat. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan kerja sama lebih erat lagi antara masyarakat, orang tua, petugas kesehatan, pemerintah, LSM, maupun akademisi. “Keberhasilan upaya imunisasi telah terbukti dapat menyelamatkan jiwa manusia dari penyakit infeksi berat seperti polio, difteri, pertusis, tetanus, campak, hepatitis, dll,” dikatakan dr Badriul Hegar, Sp.A(K), Ketua Umum PP-IDAI.

C.    JENIS KEKEBALAN/IMUNITAS
Terdapat 2 jenis imunitas atau kekebalan tubuh, yaitu;
1.      Kekebalan aktif
Kekebalan aktif didapat akibat terkena paparan organisme penyebab penyakit yang memicu sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi terhadap penyakit tersebut. Paparan terhadap organisme tersebut dapat berupa terkena penyakit tersebut secara langsung (sehingga timbul kekebalan alamiah) atau dikenai organisme penyebab penyakit yang telah dibunuh atau dilemahkan melalui vaksinasi (kekebalan akibat vaksinasi). Sehingga, apabila suatu saat orang  tersebut terkena paparan penyakit itu, maka sistem kekebalan tubuhnya akan mengenali penyakit tersebut & segera memproduksi antibodi yang diperlukan untuk melawan. Kekebalan aktif berlangsung dalam jangka panjang & bahkan seumur hidup.
2.      Kekebalan pasif
Kekebalan pasif tersedia dalam tubuh apabila seseorang diberikan antibodi terhadap suatu penyakit & bukan diproduksi sendiri oleh sistem kekebalan tubuhnya. Bayi baru lahir biasanya akan mempunyai kekebalan pasif dari ibunya melalui plasenta. Seseorang juga dapat mempunyai kekebalan pasif melalui pemberian cairan antibodi misalnya imunoglobulin, yang dapat diberikan saat itu juga untuk melindungi terhadap suatu penyakit. Hal inilah yang menjadi keuntungan utama dari pemberian kekebalan pasif, yaitu perlindungan terhadap penyakit langsung didapat, sedangkan pada kekebalan aktif membutuhkan waktu yang lebih lama untuk terbentuk perlindungan (biasanya beberapa minggu). Akan tetapi kekurangannya adalah, kekebalan pasif hanya berlangsung selama beberapa minggu atau bulan, sedangkan pada kekebalan aktif berlangsung lebih lama bahkan bisa seumur hidup.

D.    PEMBERIAN IMUNISASI
Imunisasi Yang Diwajibkan
Vaksinasi
Jadwal pemberian-usia
Booster/Ulangan
Imunisasi untuk melawan
BCG
Waktu lahir
--
Tuberkulosis
Hepatitis B
Waktu lahir-dosis I
1bulan-dosis 2
6bulan-dosis 3
1 tahun-- pada bayi yang lahir dari ibu dengan hep B.
Hepatitis B
DPT dan Polio
3 bulan-dosis1
4 bulan-dosis2
5 bulan-dosis3
18bulan-booster1
6tahun-booster 2
12tahun-booster3
Dipteria, pertusis, tetanus, dan polio
campak
9 bulan
--
Campak


Imunisasi Yang Dianjurkan
Vaksinasi
Jadwal pemberian-usia
Booster/Ulangan
Imunisasi untuk melawan
MMR
1-2 tahun
12 tahun
Measles, meningitis, rubella
Hib
3bulan-dosis 1
4bulan-dosis 2
5bulan-dosis 3
18 bulan
Hemophilus influenza tipe B
Hepatitis A
12-18bulan
--
Hepatitis A
Cacar air
12-18bulan
--
Cacar air

Vaksin merupakan bahan antigenik yang diberikan sedini mungkin yang berguna untuk menghasilkan kekebalan aktif dalam tubuh terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami penyebab penyakit tersebut. Beberapa jenis vaksin diberikan pada anak-anak, dengan tujuan untuk mencegah anak menderita suatu penyakit tertentu.
Indonesia sendiri merupakan negara yang sudah mewajibkan vaksinasi ini kepada masyarakat. Vaksinasi dilakukan dengan gerakan imunisasi balita yang biasanya diadakan di posyandu. Vaksin dan imunasasi merupakan dua hal yang sangat penting sehingga wajib dilaksanakan. Sekarang ini, ada begitu banyak jenis-jenis vaksin sebagai akibat dari banyaknya penyakit berbahaya bagi anak. Namun dari sekian banyak vaksin tersebut, ibu tentu saja bingung menentukan mana vaksin yang dibutuhkan dan harus diberikan pada anak.
1.      Vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin)
Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum umur 2 bulan (Depkes: 0-12 buln). BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.
Vaksin disuntik intrakutan didaerah insersio m.deltoideus dengan dosis untuk bayi <1 tahun sebanyak 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml. Pada bayi perempuan dapaat diberiikan suntikan dipaha kanan atas.
Kemasan yang dibuat Biofarma berupa ampul 80 dosis bayi dan 4 ml pelarut NaCl 0,9%. Kandungan vaksin terdiri dari bakteri hidup yang dilemahkan dari biakan Bacillus-Calmette-Guerrin 50.000-1 juta partikel per dosis. Secara fisik berupa vaksin beku kering tahan beku, stabilitas terhadap panas sedang. Setelah dilarutkan mudah rusak bila kena panas atauu sinar matahari. Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-8OC dengan masa kadaluarsa 1 tahun dan harus terlindung dari sinar matahari langsung atau tidak langsung. Setelah vaksin dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam.
Kontraindikasinya pasien dengan imunokompromis (leukemia, pengobatan steroid jangka panjang, dan inveksi HIV). Reanksi yang mungkin terjadi :
Ø  Reaksi lokal yang terjadi 1-2 minggu setelah penyuntikan berupa indurasi dan eritrema di tempat suntikan yang berubah menjadi pustula kemudian pecah menjadi ulkus, dan akhirnya menyembuh spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meningkatakn jaringan parut.
Ø  Reaksi regional berupa pembesaran kelenjar aksila atau servikal, konsistensi padat, tidak nyeri tekan, tidak disertai demam yyang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
Komplikasi yang dapat terjadi berupa abses ditempat suntikan karena suntiikan terlalu dalam (subkutan). Abses bersifat tenang (cold abcess) dan akan menyembuh spontan. Bila abses telah matang (merah, fluktuasi, dan kulit tipis) sebaiknya dilakukan aspirasi dan jangan diinsisi. Komplikasi lain adalah limfadenitis supurativa yang terjadi pada suntikan yang terlalu dalam atau dosis terlalu tinggi. Proses ini bersifat tenang akan menyembuh dalam waktu 2-6 bulan. Bila proses ini telah matang dilakukan aspirasi dan jangan dii insisi.
2.      Vaksin Hepatitis B
Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan katf terhadap penyakit hepatiris B. Imunisasi ini diberikan sedini mungkin segera setelah bayi lahir. Imunisasi dasar dibeerkan 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan 1 dan 2, dan 5 bulan antara 2 dan 3. Imunisasi ulangan diberikan 5 taahun setelah imunisasi dasar.
Pada anak vaksin diberikan secara intramuskular di daerah pangkal lengan atas ‘(m.deltoid), sedangkan bayi di daerah paha.
Pada bayi lahir dari ibu dengan HbsAg negatif diberikan 5 mcg vaksin rekombinan atau mcg vaksin plasma derived. Dosis kedua diberikan saat berumur 1-2 bulan dan ketiga umur 6 bulan. Pada bayi lahir dari ibu dengan HbsAg positif diberikan 0,5 ml Hepatitis B Immune Globulin (HBIG) dalam waktu 12 jam setelah lahir dan 5 mcg vaksin rekombinan atau 10 mcg vaksin plasma derived yang disuntikkan pada sisi yang berlainan. Dosis kedua diberikan saat berumur 1-2 bulan dan ketiga umur 6 bulan. Pada bayi lahir darii ibu dengan HbsAg yang tidak diketahui diberikan 0,5 ml mcg vaksin  lrekombinan atau 10 mcg vaksin plasma derived. Dosis kedua diberikan saat berumur 1-2 bulan dan ketiga umur 6 bulan. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun kemudian. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkian untuk memeriksa kadar HbsAg.
Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-8OC, tetapi tidak sampai beku.
Kontraindikasinya anak yang sakit berat. Vakin dapat diberikan pada ibu hamil. Efek samping berupa efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran cerna) yang akan hilang dalam beberapa hari.
3.      Vaksin DPT (Difteria, Pertusis, Tetanus)
Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit difteria, pertusis, dan tetanus dalam waktu yang bersamaan. Imunisasi dasar vaksin DPT diberikan setelah berusia 2 bulan sebanyak 3 kali (DPT I, II dan III) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi DPT III, kemudian saat masuk sekolah (5-6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun). Menurut program pemerintah (PPI) vaksinasi ulangan dilakukan dengan memberikan DT dikelas 1 SD dilanjutkan dengan TT dikelas 2 dan 3 SD. Vaksin disuuntikkan intramuskular dibagian anterolateral paha sebanyak 0,5 ml.
Kemasan yang dibuat Biofarma berupa flakon 5 ml, 10 dosis. Kandungan vaksin terdiri dari 40 Lf toksoid difteri, 15 Lf toksoid tetanus, 24 (OU) Bordetella pertusis (mati) diserapkan kedalam aluminium fosfat dan mertiolat. Secara fisik berupa cairan tidak berwarna, berkabut dengan sedikit endapan putih, yang rusak bila beku, terkena panas, atau sinar matahari dengan sedikit endapan putih, yang rusak bila beku, terkena panas, atau sinarr matahari langsung. Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-8OC dengan masa kadaluarsa 2 tahun.
Kontraiindikasinya usia di atas 7 tahun, demam (>38OC), sakit berat terutama kelainan neurologis), riwayat reaksi berat terhadap pemberian DPT sebelumnya berupa syok, kejang, penurunan kesadaran, atau gejala neurologis lainnya. Bila anak berusia lebih dari tujuh tahun dapat diberi imunisasi DT. Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, nyeri, bengkak lokal, abses steril, syok, kejang. Bila terjadi demam dan nyeri pada tempat suntikan dapat diberi analgetik-antipiretik. Bila terdapat reaksi berlebihan maka imunisasi berikutnya diberikan DT.


4.      Vaksin Polio
Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan katif terhadap penyakit poliomielitis. Imunisasi dasar vaksin polio diberikan 4 kali (polio I, II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio IV, kemudian saat masuk sekolah (5-6 tahun) ddan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun)
Ada dua jenis vaksin polio, yaitu vaksin salk (berisi virus polio yang telah dimatikan dan diberikan secara suntik), dan vaksin Sabin (berisi vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil ata cairan). Di indonesia umumnya diberikan vaksin Ssabon. Vaksin ini diteteskan 2 tetes (0,1 ml) langsung kemulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
Kemasannya dibuat oleh Pasteur-Merieux Serums & Vaccins, Perancis untuk Biofarma Bandung berupa flakon 10 dosis dan 1 pipet. Kandungan vaksin ini terdiri dari virus polio tipe 1,2 dan 3 hidup yang dilemahkan, asam amino, antibiotik, dan calf serum yang distabilkan dengan magnesium klorida dan fenol merah sebagai indikator. Secara fisik berupa cairan kemerahan jernih yang cepat sekali rusak bila terkena panas atau cahaya matahari. Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-8OC (masa kadaluarsa 1 tahun) atau dalam freezer suhu -20 sampai 25OC (masa kadaluarsa 2 tahun).
Kontraindikasinya diare berat, defisiensi imun (karena obat imunosupresan:kemoterapi, kortikosteroid), dan kehamilan. Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang.
5.      Vaksin Campak
Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Imunisasi campak dianjurkan diberikan sat dosis pada umur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulang 6 bulan kemudian.
Vaksin disuntik subkutan dalam sebanyak 0,5 ml. Kemasannya yang dibuat Biofarma berupa flakon 10 dosis dan pelarut akuabides 5 ml. Kandungan vaksin yang sudah dilarutkan terdiri dari virus campak tidak kurang dari 5.000 TCID50 atau PFU, kanamisin sulfat tidak lebih dari 100 mcg, dan eritromisin tidak lebih dari 30 mcg. Secara visik vaksin yang beku kering, sedangkan setelah dilarutkan tidak tahan Panas (suhu2-8OC) sehingga harus selalu tersimpan di dalam waktu 8 jam. Vaksin harus disimpan dalam suhu 2-8OC (masa kadaluarsa 2 tahun), untuk penyimpanan jangka panjang disimpan dalam suhu -20OC dan dihindarkan dari sinar matahari serta pelarutnya disimpan dalam tempat yang sejuk.
Kontraindikasinya infeksi akut disertai demam lebih dari 38OC, defisiensi imunologis pengobatan dengan imunosupresif , alergi protein telur, hipersensitivitas terhadap kanamis ddan eritromisin, dan wanta hamil. Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare kunjungtivitis, dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).
6.      Vaksin MMR
Vaksin virus MMR ini bertujuan untuk melindungi anak terhadap tiga virus berbahaya, yaitu campak (yang menyebabkan demam tinggi dan ruam tubuh-lebar), gondok (yang menyebabkan rasa sakit wajah, pembengkakan kelenjar liur, dan kadang-kadang pembengkakan skrotum pada laki-laki), dan rubella atau campak Jerman (yang dapat menyebabkan kecacatan lahir jika infeksi terjadi selama kehamilan).
Vaksinasi pertama diberikan pada umur 12 hingga 15 bulan usia dan sekali lagi pada usia antara 4 dan 6 tahun. Vaksin anak MMR ini juga kadang dikombinasikan dengan vaksin virus cacar air.
7.      Vaksin Haemophilus influenza tipe B (Hib)/ Vaksin Meningitis
Haemophilus influenza tipe b adalah bakteri yang menyebabkan meningitis. Meningitis merupakan peradangan selaput otak dan sumsum tulang belakang yang sangat berbahaya untuk anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Vaksin Hib atau vaksin meningitis ini umumnya diberikan pada usia  2, 4, 6, dan 12 sampai 15 bulan. Tergantung pada vaksin bayi yang digunakan. Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan.
Efek samping vaksinasi untuk jenis vaksin ini bisa berupa demam, bengkak, dan kemerahan di lokasi suntikan
8.      Vaksin Hepatitis A
Anak-anak bisa mendapatkan penyakit hepatitis A dari berbagi makanan atau minuman dengan penderita atau dengan meletakkan makanan yang terkontaminasi atau benda di mulut mereka. Hepatitis A adalah infeksi virus yang mempengaruhi hati, dan dapat menyebabkan sejumlah gejala, termasuk demam, kelelahan, sakit kuning, dan kehilangan nafsu makan.
Anak-anak usia 12 sampai 23 bulan pada umumnya mendapatkan dua dosis vaksin Hepatitis A, dengan interval minimal enam bulan diantara vaksinasi.
Efek samping vaksinasi ini adalah rasa sakit di tempat suntikan, sakit kepala, dan hilangnya nafsu makan.

9.      Vaksin Virus Cacar Air

Ruam berair, berbekas dan terasa semakin gatal ketika digaruk ini merupakan penyakit cacar air. Cacar air disebabkan oleh virus varicella, yang biasanya terjadi pada manusia di segala umur. Varicella merupakan virus yang aktif, karena bisa menular ke orang lain setelah adanya kontak langsung dengan penderita. Virus ini bahkan banyak mengakibatkan kematian di masa lalu. Namun setelah vaksinnya yang berisikan virus yang telah dibunuh ini disebarluaskan ke seluruh dunia sejak tahun 1995, jumlah kasus untuk cacar air ini menurun.
Infeksi cacar air ini bisa menyebabkan kematian pada orang yang tidak pernah divaksin cacar air. Beberapa orang yang sudah pernah divaksin pun juga masih bisa terserang sebagai akibat ketidakmampuan tubuh untuk mendapatkan kekebalan dari vaksin yang sudah pernah masuk dalam tubuh itu. Namun dengan ilmu pengobatan yang sudah modern, cacar air bisa disembuhkan.
Pemberian vaksin dan imunisasi terhadap virus ini biasanya dilakukan dua kali, yaitu pada umur 12 sampai 15 bulan dan antara 4 hingga 6 tahun. Vaksin ini dapat menyebabkan rasa sakit di lokasi suntikan, demam dan dalam beberapa kasus menyebabkan ruam ringan.

E.     TIPS SEPUTAR IMUNISASI ANAK
Meskipun imunisasi aman dilakukan pada anak-anak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua sebelum membawa anak mereka untuk diimunisasi, seperti yang medicastore kutip dari situs kidshealth.org.
1.      Kapan harus menunda atau menghindari pemberian imunisasi pada anak
o    Jika anak menderita sakit/demam & rewel, meskipun bila hanya batuk/pilek biasa tanpa demam & rewel, anak masih bisa tetap di imunisasi.
o    Jika anak mempunyai reaksi alergi pada pemberian imunisasi sebelumnya. Beritahu dokter jika anak memiliki alergi terhadap bahan latex, karena terdapat salah satu jenis imunisasi yang memiliki aplikator dari latex.
o    Jika anak memiliki masalah/penyakit pada sistem pencernaannya, konsultasikan dahulu ke dokter.
o    Jika anak baru-baru ini menerima transfusi darah atau gamma globulin.
o    Jika anak mempunyai masalah sistem kekebalan tubuhnya akibat penyakit tertentu seperti kanker, sedang mengkonsumsi steroid atau obat penekan sistem kekebalan tubuh lainnya atau sedang menjalani proses terapi radiasi atau kemoterapi.
2.      Merawat anak setelah imunisasi
Apabila mengalami demam, anak dapat diberikan paracetamol atau ibuprofen, tergantung dari usia anak, untuk dosis tepatnya dapat konsultasi ke dokter. Jika anak mengalami muntah atau diare, berikan cairan sesering mungkin & awasi tanda atau gejala terjadinya dehidrasi seperti misalnya buang air kecil yang tidak sesering biasanya. Jika ada reaksi lain yang tidak terduga sehabis imunisasi, sebaiknya konsultasi kembali ke dokter yang menangani.















BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi sendiri berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. imunitas atau kekebalan dari suatu penyakit diperoleh melalui kehadiran antibodi terhadap penyakit tersebut pada system tubuh seseorang. Antibodi sendiri adalah protein yang diproduksi oleh tubuh untuk menetralkan atau membunuh toksin atau organisme pembawa penyakit.
Adapun tujuan imunisasi yaitu :
a.       Imunisasi merupakan investasi kesehatan masa depan karena pencegahan penyakit melalui imunisasi merupakan cara perlindungan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh lebih murah dibanding mengobati seseorang apabila telah jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit.
b.      Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit infeksi berbahaya, maka mereka memiliki kesempatan beraktifitas, bermain, belajar tanpa terganggu masalah kesehatan.
Adapun jenis-jenis vaksin yang digunakan dalam pemberian imunisasi : Vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin), Vaksin Hepatitis B, Vaksin DPT (Difteria, Pertusis, Tetanus), Vaksin Polio, Vaksin Campak, Vaksin MMR, Vaksin Haemophilus influenza tipe B (Hib)/ Vaksin Meningitis, Vaksin Hepatitis A, Vaksin Virus Cacar Air.

B.     SARAN
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu. Sedangkan Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit. Untuk itu untuk itu rencanakan masa depan anak anda mulai dari sekarang. Karena, vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak. Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar