BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Tuhan menciptakan setiap
makhluk hidup dengan kemampuan
untuk mempertahankan diri terhadap ancaman dari luar dirinya. salah
satu ancamanterhadap manusia adalah penyakit, terutama
penyakit infeksi yang dibawa oleh berbagai macam mikroba
seperti virus, bakteri, parasit, jamur. tubuh mempunyaicara dan alat
untuk mengatasi penyakit sampai batas tertentu. beberapa jenis penyakitseperti
pilek, batuk, dan cacar air dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. dalam halini
dikatakan bahwa sistem pertahanan tubuh (sistem imun) orang tersebut cukup
baik untuk mengatasi dan mengalahkan kuman-kuman penyakit itu. tetapi bila
kuman penyakit itu ganas, sistem pertahanan tubuh (terutama pada anak anak
atau padaorang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah) tidak mampu mencegah
kumanitu berkembang biak, sehingga dapat mengakibatkan penyakit berat yang
membawakepada cacat atau kematian.
Apakah yang dimaksudkan dengan sistem imun? kata imun
berasal dari bahasa latin ‘immunitas’ yang berarti pembebasan (kekebalan)
yang diberikankepada para senator romawi selama masa jabatan mereka terhadap
kewajibansebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan. dalam sejarah, istilah
inikemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi
perlindunganterhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit
menular. sistem imunadalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel
serta produk zat-zat yangdihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan
terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau
racunnya, yang masuk ke dalamtubuh.
Kuman disebut antigen. pada saat pertama kali antigen
masuk ke dalam tubuh,maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang
disebut dengan antibodi.pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk
antibodi tidak terlalu kuat,karena tubuh belum mempunyai
"pengalaman." tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3dan seterusnya, tubuh
sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang
lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. itulah sebabnya, pada
beberapa jenis penyakit yangdianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi
atau vaksinasi. hal inidimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak
terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan
menimbulkan akibat yang fatal.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
yang dimaksud dengan imunisasi?
2. Apa
tujuan diberikannya imunisasi pada anak?
3. Ada
berapa jenis/klasifikasi imunisasi?
4. Bagaimana
aturan/dosis pemberian imunisasi?
5. Apa
saja yang perlu diperhatikan sebelum pemberian imunisasi?
C.
TUJUAN
1. Mengetahui
apa yang dimaksud dengan imunisasi.
2. Mengetahui
tujuan pemberian imunisasi.
3. Mengetahui
jenis/klasifikasi imunisasi.
4. Mengetahui
dosis pemberian imunisasi (vaksin sesuai usia anak).
5. Mengetahui
hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum pemberian imunisasi (vaksin).
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
PENGERTIAN
IMUNISASI
Imunisasi
sendiri berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. imunitas atau
kekebalan dari suatu penyakit diperoleh melalui kehadiran antibodi terhadap
penyakit tersebut pada system tubuh seseorang. Antibodi sendiri adalah protein
yang diproduksi oleh tubuh untuk menetralkan atau membunuh toksin atau
organisme pembawa penyakit. Antibodi merupakan protein yang spesifik terhadap
satu penyakit. Sebagai contoh, antibodi terhadap penyakit campak akan
melindungi seseorang yang terpapar penyakit campak, akan tetapi tidak dapat
menimbulkan efek melindungi apabila ia terkena penyakit lain seperti gondongan.
Imunisasi adalah suatu
cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau sakit ringan. (Depkes RI, 2005).
Imunisasi adalah suatu
tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam
tubuh manusia, untuk mencegah penyakit. (Depkes-Kessos RI, 2000).
B. TUJUAN IMUNISASI
1. Imunisasi merupakan investasi kesehatan
masa depan karena pencegahan penyakit melalui imunisaXsi merupakan cara perlindungan terhadap infeksi
yang paling efektif dan jauh lebih murah dibanding mengobati seseorang apabila
telah jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit.
2.
Dengan
imunisasOOi, anak akan
terhindar dari penyakit infeksi berbahaya, maka mereka memiliki kesempatan
beraktifitas, bermain, belajar tanpa terganggu masalah kesehatan. Namun
demikian, sampai saat ini masih terdapat masalah-masalah dalam pemberian
imunisasi, antara lain pemahaman orang tua yang masih kurang pada sebagian
masyarakat, mitos salah tentang imunisasi, sampai jadwal imunisasi yang
terlambat. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan kerja sama lebih erat lagi
antara masyarakat, orang tua, petugas kesehatan, pemerintah, LSM, maupun
akademisi. “Keberhasilan upaya imunisasi telah terbukti dapat menyelamatkan
jiwa manusia dari penyakit infeksi berat seperti polio, difteri, pertusis,
tetanus, campak, hepatitis, dll,” dikatakan dr Badriul Hegar, Sp.A(K), Ketua
Umum PP-IDAI.
C. JENIS
KEKEBALAN/IMUNITAS
Terdapat 2 jenis imunitas atau kekebalan tubuh, yaitu;
1. Kekebalan aktif
Kekebalan
aktif didapat akibat terkena paparan organisme penyebab penyakit yang memicu
sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi terhadap penyakit tersebut.
Paparan terhadap organisme tersebut dapat berupa terkena penyakit tersebut
secara langsung (sehingga timbul kekebalan alamiah) atau dikenai organisme
penyebab penyakit yang telah dibunuh atau dilemahkan melalui vaksinasi
(kekebalan akibat vaksinasi). Sehingga, apabila suatu saat orang tersebut terkena paparan penyakit itu, maka
sistem kekebalan tubuhnya akan mengenali penyakit tersebut & segera
memproduksi antibodi yang diperlukan untuk melawan. Kekebalan aktif berlangsung
dalam jangka panjang & bahkan seumur hidup.
2. Kekebalan pasif
Kekebalan
pasif tersedia dalam tubuh apabila seseorang diberikan antibodi terhadap suatu
penyakit & bukan diproduksi sendiri oleh sistem kekebalan tubuhnya. Bayi
baru lahir biasanya akan mempunyai kekebalan pasif dari ibunya melalui
plasenta. Seseorang juga dapat mempunyai kekebalan pasif melalui pemberian
cairan antibodi misalnya imunoglobulin, yang dapat diberikan saat itu juga
untuk melindungi terhadap suatu penyakit. Hal inilah yang menjadi keuntungan
utama dari pemberian kekebalan pasif, yaitu perlindungan terhadap penyakit
langsung didapat, sedangkan pada kekebalan aktif membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk terbentuk perlindungan (biasanya beberapa minggu). Akan tetapi
kekurangannya adalah, kekebalan pasif hanya berlangsung selama beberapa minggu
atau bulan, sedangkan pada kekebalan aktif berlangsung lebih lama bahkan bisa
seumur hidup.
D.
PEMBERIAN IMUNISASI
Imunisasi Yang Diwajibkan
Vaksinasi
|
Jadwal
pemberian-usia
|
Booster/Ulangan
|
Imunisasi
untuk melawan
|
BCG
|
Waktu
lahir
|
--
|
Tuberkulosis
|
Hepatitis
B
|
Waktu lahir-dosis
I
1bulan-dosis
2
6bulan-dosis
3
|
1
tahun-- pada bayi yang lahir dari ibu dengan hep B.
|
Hepatitis
B
|
DPT
dan Polio
|
3
bulan-dosis1
4
bulan-dosis2
5
bulan-dosis3
|
18bulan-booster1
6tahun-booster
2
12tahun-booster3
|
Dipteria,
pertusis, tetanus, dan polio
|
campak
|
9 bulan
|
--
|
Campak
|
Imunisasi Yang Dianjurkan
Vaksinasi
|
Jadwal pemberian-usia
|
Booster/Ulangan
|
Imunisasi untuk melawan
|
MMR
|
1-2 tahun
|
12 tahun
|
Measles, meningitis, rubella
|
Hib
|
3bulan-dosis 1
4bulan-dosis 2
5bulan-dosis 3
|
18 bulan
|
Hemophilus influenza tipe B
|
Hepatitis A
|
12-18bulan
|
--
|
Hepatitis A
|
Cacar air
|
12-18bulan
|
--
|
Cacar air
|
Vaksin
merupakan bahan antigenik yang diberikan sedini mungkin yang berguna untuk
menghasilkan kekebalan aktif dalam tubuh terhadap suatu penyakit sehingga dapat
mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami penyebab
penyakit tersebut. Beberapa jenis vaksin diberikan pada anak-anak, dengan
tujuan untuk mencegah anak menderita suatu penyakit tertentu.
Indonesia
sendiri merupakan negara yang sudah mewajibkan vaksinasi ini kepada masyarakat.
Vaksinasi dilakukan dengan gerakan imunisasi balita yang biasanya
diadakan di posyandu. Vaksin dan imunasasi merupakan dua hal yang sangat
penting sehingga wajib dilaksanakan. Sekarang
ini, ada begitu banyak jenis-jenis vaksin sebagai akibat dari
banyaknya penyakit berbahaya bagi anak. Namun dari sekian banyak vaksin
tersebut, ibu tentu saja bingung menentukan mana vaksin yang dibutuhkan dan
harus diberikan pada anak.
1.
Vaksin
BCG (Bacillus Calmette-Guerin)
Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif
terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum umur 2 bulan
(Depkes: 0-12 buln). BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya
diragukan.
Vaksin disuntik intrakutan didaerah insersio m.deltoideus dengan dosis untuk bayi
<1 tahun sebanyak 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml. Pada bayi perempuan dapaat
diberiikan suntikan dipaha kanan atas.
Kemasan yang dibuat Biofarma berupa ampul 80 dosis
bayi dan 4 ml pelarut NaCl 0,9%. Kandungan vaksin terdiri dari bakteri hidup
yang dilemahkan dari biakan Bacillus-Calmette-Guerrin
50.000-1 juta partikel per dosis. Secara fisik berupa vaksin beku kering
tahan beku, stabilitas terhadap panas sedang. Setelah dilarutkan mudah rusak
bila kena panas atauu sinar matahari. Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-8OC
dengan masa kadaluarsa 1 tahun dan harus terlindung dari sinar matahari
langsung atau tidak langsung. Setelah vaksin dilarutkan harus segera dipakai
dalam waktu 3 jam.
Kontraindikasinya pasien dengan imunokompromis
(leukemia, pengobatan steroid jangka panjang, dan inveksi HIV). Reanksi yang
mungkin terjadi :
Ø Reaksi
lokal yang terjadi 1-2 minggu setelah penyuntikan berupa indurasi dan eritrema
di tempat suntikan yang berubah menjadi pustula kemudian pecah menjadi ulkus,
dan akhirnya menyembuh spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meningkatakn
jaringan parut.
Ø Reaksi
regional berupa pembesaran kelenjar aksila atau servikal, konsistensi padat,
tidak nyeri tekan, tidak disertai demam yyang akan menghilang dalam waktu 3-6
bulan.
Komplikasi yang dapat terjadi berupa abses ditempat
suntikan karena suntiikan terlalu dalam (subkutan). Abses bersifat tenang (cold abcess) dan akan menyembuh spontan.
Bila abses telah matang (merah, fluktuasi, dan kulit tipis) sebaiknya dilakukan
aspirasi dan jangan diinsisi. Komplikasi lain adalah limfadenitis supurativa
yang terjadi pada suntikan yang terlalu dalam atau dosis terlalu tinggi. Proses
ini bersifat tenang akan menyembuh dalam waktu 2-6 bulan. Bila proses ini telah
matang dilakukan aspirasi dan jangan dii insisi.
2. Vaksin Hepatitis B
Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan katf
terhadap penyakit hepatiris B. Imunisasi ini diberikan sedini mungkin segera
setelah bayi lahir. Imunisasi dasar dibeerkan 3 kali dengan jarak waktu satu
bulan antara suntikan 1 dan 2, dan 5 bulan antara 2 dan 3. Imunisasi ulangan
diberikan 5 taahun setelah imunisasi dasar.
Pada anak vaksin diberikan secara intramuskular di
daerah pangkal lengan atas ‘(m.deltoid), sedangkan bayi di daerah paha.
Pada bayi lahir dari ibu dengan HbsAg negatif
diberikan 5 mcg vaksin rekombinan atau mcg vaksin plasma derived. Dosis kedua diberikan saat berumur 1-2 bulan dan
ketiga umur 6 bulan. Pada bayi lahir dari ibu dengan HbsAg positif diberikan
0,5 ml Hepatitis B Immune Globulin
(HBIG) dalam waktu 12 jam setelah lahir dan 5 mcg vaksin rekombinan atau 10 mcg
vaksin plasma derived yang
disuntikkan pada sisi yang berlainan. Dosis kedua diberikan saat berumur 1-2
bulan dan ketiga umur 6 bulan. Pada bayi lahir darii ibu dengan HbsAg yang
tidak diketahui diberikan 0,5 ml mcg vaksin
lrekombinan atau 10 mcg vaksin plasma
derived. Dosis kedua diberikan saat berumur 1-2 bulan dan ketiga umur 6
bulan. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun kemudian. Sebelum memberikan
imunisasi ulangan dianjurkian untuk memeriksa kadar HbsAg.
Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-8OC,
tetapi tidak sampai beku.
Kontraindikasinya anak yang sakit berat. Vakin dapat
diberikan pada ibu hamil. Efek samping berupa efek lokal (nyeri di tempat
suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran
cerna) yang akan hilang dalam beberapa hari.
3.
Vaksin
DPT (Difteria, Pertusis, Tetanus)
Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif
terhadap penyakit difteria, pertusis, dan tetanus dalam waktu yang bersamaan.
Imunisasi dasar vaksin DPT diberikan setelah berusia 2 bulan sebanyak 3 kali (DPT
I, II dan III) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT
ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi DPT III, kemudian saat masuk
sekolah (5-6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun). Menurut
program pemerintah (PPI) vaksinasi ulangan dilakukan dengan memberikan DT
dikelas 1 SD dilanjutkan dengan TT dikelas 2 dan 3 SD. Vaksin disuuntikkan
intramuskular dibagian anterolateral paha sebanyak 0,5 ml.
Kemasan yang dibuat Biofarma berupa flakon 5 ml, 10
dosis. Kandungan vaksin terdiri dari 40 Lf toksoid difteri, 15 Lf toksoid
tetanus, 24 (OU) Bordetella pertusis (mati)
diserapkan kedalam aluminium fosfat dan mertiolat. Secara fisik berupa cairan
tidak berwarna, berkabut dengan sedikit endapan putih, yang rusak bila beku,
terkena panas, atau sinar matahari dengan sedikit endapan putih, yang rusak
bila beku, terkena panas, atau sinarr matahari langsung. Vaksin disimpan dalam
lemari es suhu 2-8OC dengan masa kadaluarsa 2 tahun.
Kontraiindikasinya usia di atas 7 tahun, demam
(>38OC), sakit berat terutama kelainan neurologis), riwayat
reaksi berat terhadap pemberian DPT sebelumnya berupa syok, kejang, penurunan
kesadaran, atau gejala neurologis lainnya. Bila anak berusia lebih dari tujuh
tahun dapat diberi imunisasi DT. Efek samping yang mungkin terjadi berupa
demam, nyeri, bengkak lokal, abses steril, syok, kejang. Bila terjadi demam dan
nyeri pada tempat suntikan dapat diberi analgetik-antipiretik. Bila terdapat
reaksi berlebihan maka imunisasi berikutnya diberikan DT.
4.
Vaksin
Polio
Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan katif
terhadap penyakit poliomielitis. Imunisasi dasar vaksin polio diberikan 4 kali
(polio I, II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang 4 minggu. Imunisasi
polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio IV, kemudian saat
masuk sekolah (5-6 tahun) ddan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun)
Ada dua jenis vaksin polio, yaitu vaksin salk
(berisi virus polio yang telah dimatikan dan diberikan secara suntik), dan
vaksin Sabin (berisi vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam
bentuk pil ata cairan). Di indonesia umumnya diberikan vaksin Ssabon. Vaksin
ini diteteskan 2 tetes (0,1 ml) langsung kemulut anak atau dengan menggunakan
sendok yang berisi air gula.
Kemasannya dibuat oleh Pasteur-Merieux Serums & Vaccins, Perancis untuk Biofarma
Bandung berupa flakon 10 dosis dan 1 pipet. Kandungan vaksin ini terdiri dari
virus polio tipe 1,2 dan 3 hidup yang dilemahkan, asam amino, antibiotik, dan calf serum yang distabilkan dengan
magnesium klorida dan fenol merah sebagai indikator. Secara fisik berupa cairan
kemerahan jernih yang cepat sekali rusak bila terkena panas atau cahaya
matahari. Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-8OC (masa
kadaluarsa 1 tahun) atau dalam freezer suhu -20 sampai 25OC (masa
kadaluarsa 2 tahun).
Kontraindikasinya diare berat, defisiensi imun
(karena obat imunosupresan:kemoterapi, kortikosteroid), dan kehamilan. Efek
samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang.
5.
Vaksin
Campak
Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif
terhadap penyakit campak. Imunisasi campak dianjurkan diberikan sat dosis pada
umur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6
bulan dan diulang 6 bulan kemudian.
Vaksin disuntik subkutan dalam sebanyak 0,5 ml.
Kemasannya yang dibuat Biofarma berupa flakon 10 dosis dan pelarut akuabides 5
ml. Kandungan vaksin yang sudah dilarutkan terdiri dari virus campak tidak
kurang dari 5.000 TCID50 atau PFU, kanamisin sulfat tidak lebih dari
100 mcg, dan eritromisin tidak lebih dari 30 mcg. Secara visik vaksin yang beku
kering, sedangkan setelah dilarutkan tidak tahan Panas (suhu2-8OC)
sehingga harus selalu tersimpan di dalam waktu 8 jam. Vaksin harus disimpan
dalam suhu 2-8OC (masa kadaluarsa 2 tahun), untuk penyimpanan jangka
panjang disimpan dalam suhu -20OC dan dihindarkan dari sinar
matahari serta pelarutnya disimpan dalam tempat yang sejuk.
Kontraindikasinya infeksi akut disertai demam lebih
dari 38OC, defisiensi imunologis pengobatan dengan imunosupresif ,
alergi protein telur, hipersensitivitas terhadap kanamis ddan eritromisin, dan
wanta hamil. Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare
kunjungtivitis, dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).
6. Vaksin MMR
Vaksin virus MMR ini bertujuan untuk melindungi
anak terhadap tiga virus berbahaya, yaitu campak (yang menyebabkan demam tinggi
dan ruam tubuh-lebar), gondok (yang menyebabkan rasa sakit wajah, pembengkakan
kelenjar liur, dan kadang-kadang pembengkakan skrotum pada laki-laki), dan rubella
atau campak Jerman (yang dapat menyebabkan kecacatan lahir jika infeksi terjadi
selama kehamilan).
Vaksinasi pertama diberikan pada
umur 12 hingga 15 bulan usia dan sekali lagi pada usia antara 4 dan 6 tahun.
Vaksin anak MMR ini juga kadang dikombinasikan dengan vaksin virus cacar air.
7. Vaksin Haemophilus influenza tipe B
(Hib)/ Vaksin Meningitis
Haemophilus
influenza tipe b adalah bakteri
yang menyebabkan meningitis. Meningitis merupakan peradangan selaput otak dan
sumsum tulang belakang yang sangat berbahaya untuk anak-anak di bawah usia 5
tahun.
Vaksin
Hib atau vaksin meningitis ini umumnya diberikan pada usia 2, 4, 6, dan
12 sampai 15 bulan. Tergantung pada vaksin bayi yang digunakan. Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali
suntikan.
Efek
samping vaksinasi untuk jenis vaksin ini bisa berupa demam, bengkak, dan
kemerahan di lokasi suntikan
8. Vaksin Hepatitis A
Anak-anak
bisa mendapatkan penyakit hepatitis A dari berbagi makanan atau minuman dengan
penderita atau dengan meletakkan makanan yang terkontaminasi atau benda di
mulut mereka. Hepatitis A adalah infeksi virus yang mempengaruhi hati, dan
dapat menyebabkan sejumlah gejala, termasuk demam, kelelahan, sakit kuning, dan
kehilangan nafsu makan.
Anak-anak
usia 12 sampai 23 bulan pada umumnya mendapatkan dua dosis vaksin Hepatitis A,
dengan interval minimal enam bulan diantara vaksinasi.
Efek
samping vaksinasi ini adalah rasa sakit di tempat suntikan, sakit kepala, dan
hilangnya nafsu makan.
9.
Vaksin
Virus Cacar Air
Ruam
berair, berbekas dan terasa semakin gatal ketika digaruk ini merupakan penyakit
cacar air. Cacar air disebabkan oleh virus varicella, yang biasanya terjadi
pada manusia di segala umur. Varicella merupakan virus yang aktif, karena bisa
menular ke orang lain setelah adanya kontak langsung dengan penderita. Virus
ini bahkan banyak mengakibatkan kematian di masa lalu. Namun setelah vaksinnya
yang berisikan virus yang telah dibunuh ini disebarluaskan ke seluruh dunia
sejak tahun 1995, jumlah kasus untuk cacar air ini menurun.
Infeksi
cacar air ini bisa menyebabkan kematian pada orang yang tidak pernah divaksin
cacar air. Beberapa orang yang sudah pernah divaksin pun juga masih bisa
terserang sebagai akibat ketidakmampuan tubuh untuk mendapatkan kekebalan dari
vaksin yang sudah pernah masuk dalam tubuh itu. Namun dengan ilmu pengobatan
yang sudah modern, cacar air bisa disembuhkan.
Pemberian
vaksin dan imunisasi terhadap virus ini biasanya dilakukan dua kali, yaitu pada
umur 12 sampai 15 bulan dan antara 4 hingga 6 tahun. Vaksin ini dapat
menyebabkan rasa sakit di lokasi suntikan, demam dan dalam beberapa kasus
menyebabkan ruam ringan.
E.
TIPS SEPUTAR IMUNISASI ANAK
Meskipun
imunisasi aman dilakukan pada anak-anak, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh orang tua sebelum membawa anak mereka untuk diimunisasi,
seperti yang medicastore kutip dari situs kidshealth.org.
1. Kapan harus menunda atau menghindari
pemberian imunisasi pada anak
o Jika anak menderita sakit/demam
& rewel, meskipun bila hanya batuk/pilek biasa tanpa demam & rewel,
anak masih bisa tetap di imunisasi.
o Jika anak mempunyai reaksi alergi
pada pemberian imunisasi sebelumnya. Beritahu dokter jika anak memiliki alergi
terhadap bahan latex, karena terdapat salah satu jenis imunisasi yang memiliki
aplikator dari latex.
o Jika anak memiliki masalah/penyakit
pada sistem pencernaannya, konsultasikan dahulu ke dokter.
o Jika anak baru-baru ini menerima
transfusi darah atau gamma globulin.
o Jika anak mempunyai masalah sistem
kekebalan tubuhnya akibat penyakit tertentu seperti kanker, sedang mengkonsumsi
steroid atau obat penekan sistem kekebalan tubuh lainnya atau sedang menjalani
proses terapi radiasi atau kemoterapi.
2.
Merawat
anak setelah imunisasi
Apabila mengalami demam, anak dapat
diberikan paracetamol atau ibuprofen, tergantung dari usia anak, untuk dosis
tepatnya dapat konsultasi ke dokter. Jika anak mengalami muntah atau diare,
berikan cairan sesering mungkin & awasi tanda atau gejala terjadinya
dehidrasi seperti misalnya buang air kecil yang tidak sesering biasanya. Jika
ada reaksi lain yang tidak terduga sehabis imunisasi, sebaiknya konsultasi
kembali ke dokter yang menangani.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Imunisasi adalah
pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke
dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau
berbahaya bagi seseorang. Imunisasi
sendiri berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. imunitas atau
kekebalan dari suatu penyakit diperoleh melalui kehadiran antibodi terhadap
penyakit tersebut pada system tubuh seseorang. Antibodi sendiri adalah protein
yang diproduksi oleh tubuh untuk menetralkan atau membunuh toksin atau organisme
pembawa penyakit.
Adapun tujuan imunisasi yaitu :
a. Imunisasi
merupakan investasi kesehatan masa depan karena pencegahan penyakit melalui
imunisasi merupakan cara perlindungan terhadap infeksi yang paling efektif dan
jauh lebih murah dibanding mengobati seseorang apabila telah jatuh sakit dan
harus dirawat di rumah sakit.
b. Dengan
imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit infeksi berbahaya, maka mereka
memiliki kesempatan beraktifitas, bermain, belajar tanpa terganggu masalah
kesehatan.
Adapun jenis-jenis vaksin yang
digunakan dalam pemberian imunisasi : Vaksin
BCG (Bacillus Calmette-Guerin), Vaksin Hepatitis B, Vaksin DPT (Difteria,
Pertusis, Tetanus), Vaksin Polio, Vaksin Campak, Vaksin MMR, Vaksin
Haemophilus influenza tipe B (Hib)/ Vaksin Meningitis, Vaksin Hepatitis A,
Vaksin Virus Cacar Air.
B.
SARAN
Imunisasi
adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
Sedangkan Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu
penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi
ini berfungsi melindungi terhadap penyakit. Untuk itu untuk itu
rencanakan masa depan anak anda mulai dari sekarang. Karena, vaksin
tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi
penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak. Dengan adanya vaksin
maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah
jarang ditemukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar