MAKALAH
TAFSIR HADITS
KEPERAWATAN
MODERN DAN ISLAM BESERTA TOKOHNYA
(SUATU
TINJAUAN HISTORIS FILOSOFIS)
OLEH
:
NAMA : SUMARTINI
NIM : 70300110121
KELAS : KEPERAWATAN C2
JURUSAN
KEPERAWATAN
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2012
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr.Wb.
Al-Hamdulillahi’rabbil Alamin, Segala puja dan puji syukur senantiasa
kami kembalikan kepada Allah SWT, berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga makalah kami ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya, meskipun
belum sempurna seperti yang diharapkan. Dan tak lupa selawat dan salam teruntuk
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Selaku penulis, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak akan
terwujud tanpa bantuan dan campur tangan dari berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih.
Adapun keberadaan isi dalam makalah ini bukanlah hal yang begitu
istimewa, namun upaya keras telah kami lakukan demi kesempurnaan makalah ini.
Terlepas dari permasalahan bahwa keberadaan makalah ini merupakan tugas yang
harus kami selesaikan, kami tetap berharap semoga isi makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami dan siapapun yang membutuhkannya.
Karena itu, saran serta kritik yang bersifat membangun senantiasa kami
harapkan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya kepada
Allah jualah kami mengembalikan segalanya dan semoga makalah ini dapat bernilai
ibadah di sisi-Nya.
Wassalamu Alaikum Wr.Wb.
Makassar, JUNI 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam menetapkan tujuan pokok
kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta, dan
keturunannya.
Setidaknya tiga dari yang disebut di
atas berkaitan dengan kesehatan. Tidak heran jika ditemukan bahwa islam amat
kaya tentang tuntunan kesehatan.
Kesehatan merupakan unsur yang
penting di dalam kehidupan, islam pun memberikan penjelasan-penjelasan lewat
Al-Quran maupun hadits yang berkaitan tentang pentingnya kesehatan. Firman
Allah berkaitan tentang menjaga kesehatan:
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)
Kita sebagai umat Islam terkadang
tidak menegetahui apa fungsi Islam dalam bidang kesehatan, kita hanya berfikir
Islam adalah agama. Sebenarnya banyak sekali yang kita belum ketahui tentang
Islam. Islam merupakan salah satu agama yang membahas seluruh aspek kehidupan
misalnya dalam hal penyakit.
Islam menaruh perhatian yang besar
sekali terhadap dunia kesehatan dan keperawatan guna menolong orang yang sakit
dan meningkatkan kesehatan. Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja,
beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu
menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan
apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu penentu
sehat tidaknya seseorang.
Mengingat kompleksnya faktor pemicu
penyakit dan kesakitan, maka profesi keperawatan tidak bisa dihindari. Kapan
dan di mana pun, keperawatan sangat dibutuhkan, baik yang dilakukan secara
sederhana dan tradisional sampai pada yang semi modern dan supermodern.
Islam tidak membedakan apakah ia
dokter, paramedis atau perawat, sepanjang ia mengabdi di bidang pengobatan dan
perawatan penyakit, maka ia merupakan orang mulia. Bahkan dalam banyak kitab
fikh dan hadits, selalu ada bab khusus yang membahas tentang penyakit dan
pengobatan (kitab al-maridh wa al-thib). Di dalam Islamic Code of Medical
Ethics diterangkan bahwa pengobatan dan keperawatan merupakan profesi mulia.
Allah menghormatinya melalui mukjizat Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Ibrahim yang
pandai mengobati penyakit dan selalu menyebut nama Allah sebagai penyembuh
penyakitnya. Sama halnya dengan semua aspek ilmu pengetahuan, ilmu kedokteran
dan keperawatan adalah sebagian dari ilmu Allah, karena Allah-lah yang
mengajarkan kepada manausia apa yang tidak diketahuinya.
Kegiatan pelayanan
keperawatan berkualiatas telah dimulai sejak seorang perawat muslim pertama
yaitu Siti Rufaidah pada jaman Nabi Muhammad S.A.W, yang selalu berusaha
memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah
kliennya kaya atau miskin. Ada pula yang mengenal sebagai Rufaidah binti
Sa'ad/Rufaidah Al-Asalmiya dimana dalam beberapa catatan publikasi menyebutkan
Rufaidah Al-Asalmiya, yang memulai praktek keperawatan dimasa Nabi Muhammad SAW
adalah perawat pertama muslim.
Sementara sejarah perawat
di Eropa dan Amerika mengenal Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan
modern. Selama ini pula perawat Indonesia khususnya lebih mengenal Florence
Nightingale sebagai tokoh keperawatan, yang mungkin saja lebih dikarenakan
konsep keperawatan modern yang mengadopsi litelature barat. Florence
Nightingale (Firenze, Italia, 12 Mei 1820 - 13 Agustus 1910) adalah pelopor
perawat modern. Ia dikenali dengan nama The Lady With The Lamp dalam bahasa
Inggris yang berarti "Sang Wanita dengan Lampu". Nama depannya,
Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau
Florence dalam bahasa Inggris.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian keperawatan ?
2. Apakah
pengertian dan komponen-komponen paradigma keperawatan dalam islam ?
3. Bagaimana
prinsip-prinsip islam dan kesehatan ?
4. Bagaimana
peran keperawatan islam ?
5. Bagaimana
perawat sebagai profesi ?
6. Apa
tujuan adanya perawat ?
7. Apa
kemuliaan profesi perawat ?
8. Bagaimana
perawatan spiritual dalam persfektif islam ?
9. Bagaimana
pendekatan holistic dalam asuhan keperawatan ?
10. Bagaimana
sejarah profesi keperawatan ?
11. Bagaimana
sejarah perkembangan keprawatan dalam islam ?
12. Bagaimana
sejarah dan perkembangan keperawatan di dunia ?
13. Bagaimana
keperawatan, islam, masa kini dan mendatang ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keperawatan
Pengertian
keperawatan menurut Abdellah, F.G. (1960) “Nursing is based upon art and
science which would the attitudes, intellectual competencies and technical
skills of the individual nurse into the desire and ability to help people sick
or well cope with their health needs, and may be carried out under general of
specific medical direction”
Menurut
keperawatan Indonesia “Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu
dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio, spiritual yang
komprehensif, ditunjukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sakit
maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Menurut
keislaman adalah suatu manifestasi dari ibadah yang berbentuk pelayanan
professional dan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
didasari pada keimanan, keilmuan dan amal.
Pengertian menurut keislaman
nantinya dapat kita kaitkan kepada komponen paradigma keparawatan dalam Islam.
Oleh karena itu perlu kita memahami pengertiannya paradigma keperawatan dalam
Islam
B. Pengertian dan Komponen-Komponen
Paradigma Keperawatan Dalam Islam
Paradigma keperawatan dalam Islam
adalah cara pandang, persepsi, keyakinan, nilai-nilai dan konsep-konsep dalam
menyelenggarakan profesi keperawatan yang melaksanakan sepenuhnya prinsip dan
ajaran Islam.
Oleh karena itu paradigma keperawatan dalam Islam memiliki
empat komponen yang dilandasi oleh prinsip dan ajaran islam Yaitu:
1. Manusia Dan Kemanusiaan.
Firman
Allah SWT:
Artinya: “Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tiin: 4)
Berdasarkan dalil diatas, maka manusia adalah mahluk ciptaan
Allah yang terbaik bentuknya dan dimuliakan Allah, terdiri dari: Jasad, Ruh,
dan Psikologis, dimana makhluk lainnya yang ada dilangit dan dibumi ditundukan
oleh Allah kepada manusia kecuali Iblis.
Dalam
Al-Quran manusia diistilahkan dengan sebutan : Al-Basyar dan An-Naas.
Al-Basyar mengambarkan manusia dalam bentuk fisik :
diciptakan dari tanah , dapat dilihat, memakan sesuatu, mendengar, berjalan dan
berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya.
An-Naas.
Mengindikasikan bahwa manusia adalah mahluk social.
Sebagaimana
firman Allah SWT:
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya
kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Manusia
memiliki tiga komponen antara lain:
a. Jasad (fisik )
Artinya:”Dan tidaklah kami jadikan
mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan, dan tidak (pula) mereka itu
orang-orang yang kekal.” (QS. Al-Anbiyaa: 8)
b. Ruh
Artinya:”Maka apabila Telah
Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; Maka
hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.” (QS. Shaad: 72)
c. Nafs (jiwa)
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang
beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
2.
Lingkungan
·
Lingkungan
Internal:
Lingkungan yang berada dalam diri manusia, meliputi:
Genetik, struktur tubuh,
psikologis dan internal spiritual.
·
Lingkungan
Eksternal:
Lingkungan sekitar yang berada diluar diri manusia yang
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kesehatan maupun perawatan,
meliputi:
Lingkungan fisik, biologis, social, cultural dan spiritual
3.
Sehat dan
Kesehatan
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera, penuh rasa syukur atas
nikmat Allah dalam aspek jasmani, rohani dan social.
Dilandasi
oleh Firman Allah SWT:
Artinya: ”(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”(QS. Ar-Ra’d: 28)
Serta
Hadist Tarmudzy dan Ibnu Majah ”Barang siapa sehat badannya, damai dihatinya
dan punyamakanan untuk sehari-harinya, maka seolah-olah dunia seisinya
dianugrahkan kepadanya“
Upaya
kesehatan adalah sebagai berikut:
·
Promotif
Firman Allah SWT:
Artinya: “Dan belanjakanlah (harta
bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah: 195)
·
Prefentif
Firman Allah SWT:
Artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)
·
Kuratif
Firman Allah SWT:
Artinya: “Dan apabila Aku sakit,
dialah yang menyembuhkan aku,” (QS. Asy-Syuara: 80)
·
Rehabilitatif
Firman Allah SWT:
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merobah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. (QS. Ar-Ra’du: 11)
4.
Keperawatan.
Adalah suatu manifestasi dari ibadah yang berbentuk
pelayanan professional dan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang didasari pada keimanan, keilmuan dan amal.
C. Prinsip-prinsip Islam dalam
Kesehatan
Dalam ilmu kesehatan islam pun mengajarkan beberapa prinsip
tentang kesehatan. Prinsip-prinsip ini adalah sebagai berikut:
- Agama
Islam bertujuan memelihara agama, jiwa, akal, kesehatan dan harta benda
umat manusia
- Anggota
badan dan jiwa manusia merupakan milik Allah
- Justice
- Mengutamakan
peluang hidup yang lebih tinggi
D. Peran Keperawatan Islam
Sebagai
seorang perawat islam perlu adanya peran terhadap ilmu keperawatan tersebut.
Peran yang dapat kita lakukan antara lain:
Mengintegrasikan Nilai-nilai Keislaman dalam Ilmu
Keperawatan
Islam mengajarkan kita beberapa aspek nilai-nilai yang dapat
menjadikan manusia itu terlihat baik disisi Allah SWT. Oleh karena itu nilai-nilai
keislaman perlu di integrasikan terhadap ilmu keperawatan yang berkembang pada
saat ini. Adanya pengintegrasian ini dimaksudkan akan terciptanya seorang
perawat yang bercirikan agama Islam.
Mengaplikasikan Nilai-nilai Keislaman dalam Ilmu Keperawatan
Setelah adanya pengintegrasian maka perlu adanya realisasi
dari pada nilai-nilai tersebut untuk diaplikasikan terhadap praktik
keperawatan.
Misalnya ketika seorang perawat mendapati pasien yang
beragama islam, dan pasien tersebut memiliki penyakit yang apabila terkena air
maka penyakit tersebut bertambah. Maka seorang perawat tersebut perlu untuk
mengajarkan bertayamum kepada pasien/klien agar klien tidak bertambah sakitnya,
namun tidak pula meninggalkan ibadahnya.
E.
Perawat
Sebagai Profesi
Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan
keperawatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan.
Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan
aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap orang
memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap
kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang.
"Wahai
sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
di bumi. Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa yang baik-baik yang
Kami rezekikan kepadamu" (QS al-Baqarah: l68, l72).
Makanan yang baik dalam Islam, bukan saja saja makanan yang halal, tetapi
juga makanan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik zatnya, kualitasnya
maupun ukuran atau takarannya. Makanan yang halal bahkan sangat enak sekalipun
belum tentu baik bagi kesehatan.
Sebagian besar penyakit berasal dari isi lambung, yaitu perut, sehingga
apa saja isi perut kita sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Karena itu salah
satu resep sehat Nabi Muhammad SAW adalah memelihara makanan dan ketika makan,
porsinya harus proporsional, yakni masing-masing sepertiga untuk makanan, air
dan udara (HR. Turmudzi dan al-Hakim).’
Anjuran Islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk
mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan
kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat
melarang pola hidup yang mengabaikan kebersihan, seperti buang kotoran dan
sampah sembarangan, membuang sampah dan limbah di sungai/sumur yang airnya
tidak mengalir dan sejenisnya. Islam sangat menekankan kesucian (al-thaharah),
yaitu kebersihan atau kesucian lahir dan batin. Dengan hidup bersih, maka
kesehatan akan semakin terjaga, sebab selain bersumber dari perut sendiri,
penyakit seringkali berasal dari lingkungan yang kotor.
Islam juga sangat menganjurkan kehati-hatian dalam bepergian dan
menjalankan pekerjaan, dengan selalu mengucapkan basmalah dan berdoa. Agama
sangat melarang perilaku nekad dan ugal-ugalan, seperti bekerja tanpa alat
pengaman atau ngebut di jalan raya yang dapat membahayakan diri sendiri dan
orang lain.
“Dan janganlah
kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” (al-Baqarah:: l95).
Hal ini karena
sumber penyakit dan kesakitan, tidak jarang juga berasal dari pekerjaan dan
risiko perjalanan. Sekarang ini kecelakaan kerja masih besar disebabkan
kurangnya pengamanan dan perlindungan kerja. Lalu lintas jalan raya; darat,
laut dan udara juga seringkali diwarnai kecelakaan, sehingga kesakitan dan
kematian karena kecelakaan lalu lintas ini tergolong besar setelah wabah
penyakit dan peperangan.
Jadi walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa,
risiko kesakitan masih besar, disebabkan faktor eksternal yang di luar
kemampuannya menghindari. Termasuk di sini karena faktor alam berupa rusaknya
ekosistem, polusi di darat, laut dan udara dan pengaruh global yang semakin
menurunkan derajat kesehatan penduduk dunia. Karena itu Islam memberi
peringatan antisipatif: jagalah sehatmu sebelum sakitmu, dan jangan abaikan
kesehatan, karena kesehatan itu tergolong paling banyak diabaikan orang. Orang
baru sadar arti sehat setelah ia merasakan sakit.
F.
Adanya
Perawat
Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit dan kesakitan, maka profesi
keperawatan tidak bisa dihindari. Kapan dan di mana pun, keperawatan sangat
dibutuhkan, baik yang dilakukan secara sederhana dan tradisional sampai pada
yang semi modern dan supermodern.
Keperawatan secara umum dapat dibagi dua, yaitu pelayanan kesehatan dan
pelayanan medis. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelayanan kesehatan
diartikan sebagai pelayanan yang diterima seseorang dalam hubungannya dengan
pencegahan, diagnosis dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu (KBBI,
l990: 504).
Menurut
Benjamin Lumenta (l989: l5)
* Pelayanan
kesehatan ialah kegiatan yang sama, yang dilakukan oleh pranata sosial atau
pranata politik terhadap keseluruhan masyarakat sebagai tujuannya. Pelayanan
kesehatan merupakan kegiatan makrososial yang berlaku antara pranata atau
lembaga dengan suatu populasi, masyarakat atau komunitas tertentu.
* Sedangkan
pelayanan medis ialah suatu upaya dan kegiatan pencegahan dan pengobatan
penyakit, semua upaya dan kegiatan peningkatan dan pemulihan kesehatan yang
dilaksanakan atas dasar hubungan individual antara para ahli pelayanana medis
dengan individu yang membutuhkannya.
Pelayanan
medis ini merupakan kegiatan mikrososial yang berlaku antara orang perorangan
(Lumenta, l989: l5). Al Purwa Hadiwardoyo (l989: l6) menambahkan, pelayanan
medis mengandung semangat pelayanan dan usaha maksimal dengan mengutamakan
kepentingan pasien dan mengandung nilai ethos yang tidak egoistis dan
materialistis.
Dengan
demikian, pelayanan kesehatan lebih bersifat hubungan antarlembaga atau
institusi kesehatan dengan kelompok masyarakat yang lebih bersifat massal,
sedangkan pelayanan medis lebih bersifat hubungan individual antara pemberi
layanan medis, dalam hal ini dokter, paramedis dan perawat dengan pengguna,
pasien atau orang yang membutuhkan pelayanan medis, dengan lebih menekankankan
kepada ethos kerja profesional dan tidak materialistis.
Dalam tulisan ini, perbedaan istilah di atas tidak terlalu dipersoalkan, karena muaranya juga sama, yakni mencegah penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Lumenta mengatakan, pelayanan kesehatan dan pelayanan medis mempunyai tujuan yang sama, yakni memenuhi kebutuhan individu atau masyarakat untuk mengatasi, menetralisasi atau menormalisasi semua masalah atau semua penyimpangan terhadap keadaan kesehatan, atau semua masalah dan penyimpangan terhadap keadaan medis normatif. Karena itu pranata sosial atau politik, seperti ormas kepemudaan, keagamaan dan partai politik, memang bisa saja memberikan pelayanan kesehatan, misalnya untuk meningkatkan pengabdian pada masyarakat, bakti sosial dan sejenisnya, tetapi tetap harus bekerjasama dengan institusi dan pemberi layanan medis yang profesional. Sebab tanpa melibatkan para profesional di bidang kesehatan dan medis, pelayanan yang diberikan tidak akan berhasil, bahkan akan kontraproduktif.
Di tengah tingginya tuntutan kepada profesionalisme kerja sekarang serta daya kritis masyarakat yang juga meningkat, setiap pekerjaan harus dijalankan secara profesional. Terlebih pekerja di bidang kesehatan dan medis, sebab pekerjaan ini sangat berisiko dan berkaitan dengan hidup matinya manusia, yang dalam sumpah dunia kedokteran, harus dilindungi dan diselamatkan sejak calon manusia itu masih berada di dalam perut ibunya.
Dalam tulisan ini, perbedaan istilah di atas tidak terlalu dipersoalkan, karena muaranya juga sama, yakni mencegah penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Lumenta mengatakan, pelayanan kesehatan dan pelayanan medis mempunyai tujuan yang sama, yakni memenuhi kebutuhan individu atau masyarakat untuk mengatasi, menetralisasi atau menormalisasi semua masalah atau semua penyimpangan terhadap keadaan kesehatan, atau semua masalah dan penyimpangan terhadap keadaan medis normatif. Karena itu pranata sosial atau politik, seperti ormas kepemudaan, keagamaan dan partai politik, memang bisa saja memberikan pelayanan kesehatan, misalnya untuk meningkatkan pengabdian pada masyarakat, bakti sosial dan sejenisnya, tetapi tetap harus bekerjasama dengan institusi dan pemberi layanan medis yang profesional. Sebab tanpa melibatkan para profesional di bidang kesehatan dan medis, pelayanan yang diberikan tidak akan berhasil, bahkan akan kontraproduktif.
Di tengah tingginya tuntutan kepada profesionalisme kerja sekarang serta daya kritis masyarakat yang juga meningkat, setiap pekerjaan harus dijalankan secara profesional. Terlebih pekerja di bidang kesehatan dan medis, sebab pekerjaan ini sangat berisiko dan berkaitan dengan hidup matinya manusia, yang dalam sumpah dunia kedokteran, harus dilindungi dan diselamatkan sejak calon manusia itu masih berada di dalam perut ibunya.
G.
Mulianya
Profesi Perawat
Menurut mantan Rektor Universitas Al-Azhar, Syeikh Mahmoud Syaltout
(l973: l24), banyak sekali petunjuk Nabi Muhammad SAW yang jelas sekali
menuntut perlunya profesi keperawatan. Perintah untuk berobat, peringatan
terhadap penyakit menular, perintah mengasingkan diri terhadap penyakit
menular, penjenisan makanan-makanan sehat untuk tubuh, dll, menunjukkan bahwa
baik secara tersurat maupun tersirat Islam sangat menuntut hadirnya para
perawat di tengah masyarakat manusia. Sebab orang yang memiliki kompetensi di
bidang pengobatan dan perawatan kesehatan tidak lain adalah institusi beserta
individu perawat yang mengabdi di dalamnya.
Islam tidak membedakan apakah ia dokter, paramedis atau perawat,
sepanjang ia mengabdi di bidang pengobatan dan perawatan penyakit, maka ia
merupakan orang mulia. Bahkan dalam banyak kitab fikh dan hadits, selalu ada
bab khusus yang membahas tentang penyakit dan pengobatan (kitab al-maridh wa
al-thib). Di dalam Islamic Code of Medical Ethics diterangkan bahwa pengobatan
dan keperawatan merupakan profesi mulia. Allah menghormatinya melalui mukjizat
Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Ibrahim yang pandai mengobati penyakit dan selalu
menyebut nama Allah sebagai penyembuh penyakitnya. Sama halnya dengan semua
aspek ilmu pengetahuan, ilmu kedokteran dan keperawatan adalah sebagian dari
ilmu Allah, karena Allah-lah yang mengajarkan kepada manausia apa yang tidak
diketahuinya.
Allah
berfirman:
Iqra wa
rabbukal akram, alladzi allama bil qalam, allamal insana ma lam ya’lam (Bacalah
dan Tuhanmulah yang paling mulia, yang mengajar manusia dengan perantaraan
qalam (baca tulis), dan Dia mengajarkan kepada manusia segala apa yang tidak diketahuinya.
(QS al-Alaq: 3-5).
Melalui ayat
ini Allah menyuruh mempelajari alam semesta beserta segenap organisme dan
anorganisme yang ada di dalamnya dengan nama dan kemuliaan Tuhan, melalui baca
tulis, eksperimen, penelitian, diagnonis, dsb. Ini terbukti dengan semakin
banyaknya studi di bidang kedokteran dan kesehatan, semakin terungkap
tanda-tanda kekuasaan Allah terhadap makhluk-makhlukNya.
Berkaitan dengan ini pengadaan praktik kedokteran dan perawatan adalah
perintah agama kepada masyarakat, yang disebut fardlu kifayah, yang diwakili
oleh beberapa institusi untuk melayani kebutuhan kesehatan dan pengobatan
masyarakat dan dapat dinikmati oleh setiap orang tanpa kecuali, tanpa melihat
kepada perbedaan ras, agama dan status sosialnya. Kewajiban ini merupakan tugas
negara untuk menjamin kebutuhan bangsa akan para dokter dan perawat dalam
berbagai bidang spesialisiasi. Dalam Islam hal ini merupakan kewajiban negara
terhadap warga negaranya.
Kesehatan harus menjadi tujuan, dan keperawatan kedokteran sebagai cara,
pasien adalah tuan, dokter dan perawat sebagai pelayannya. Peraturan-peraturan,
jadwal-jadwal, waktu dan pelayanan harus dilaksanakan sedemikian rupa untuk
menentukan keadaan pasien dan ditempatkan paling atas dengan kesejahteraan dan
kesenangan yang pantas. Status istimewa harus diberikan kepada pasien selama ia
menjadi pasien, tidak membedakan siapa dan apa dia. Seorang pasien berada pada
tempat perlindungan karena penyakitnya dan bukan karena kedudukan sosialnya,
kekuasaan atau hubungan pribadinya. Karena itulah dokter dan perawat mengemban
tugas mulia, yang dalam sumpah jabatannya mereka sudah bersumpah dengan nama
Tuhan, berjanji untuk mengingat Tuhan dalam profesinya, melindungi jiwa manusia
dalam semua tahap dan semua keadaan, melakukan semampu mungkin untuk
menyelamatkannya dari kematian, penyakit, rasa sakit dan kecemasan.
Allah berjanji
akan menolong setiap orang di akhirat dan di hari pembalasan, siapa saja yang
menolong saudaranya di dunia. Walaupun kematian merupakan hak prerogatif Allah
menentukannya, namun manusia diberi kewenangan yang maksimal untuk mengatasi
penyakitnya dengan bantuan dokter dan perawat. Itu sebabnya terhadap penyakit
yang parah sekalipun, dokter dan perawat tetap melakukan usaha maksimal dan
memberi semangat hidup para pasien bersangkutan.
H.
Perawatan
Spiritual Dalam Perspektif Islam
Perawatan
spiritual atau ruhani dalam pandangan para ulama Islam merupakan proses
berkelanjutan sepanjang kehidupan manusia. Islam mengajarkan bagaimana manusia
menjalani kehidupan dari mulai menyiapkan generasi penerus yang masih berupa
janin didalam kandungan, kemudian lahir sebagai seorang bayi, menjadi anak, dan
tumbuh menjadi dewasa, sampai menjelang ajal tiba. Dengan melaksanakan ajaran
Islam secara totalitas sesuai tuntunan Qur’an dan Sunnah Rasul, maka manfaat yang
diperoleh adalah diantaranya terpeliharanya kesehatan baik fisik, mental,
sosial, dan spiritual.
Mengingat
manusia pada awalnya dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka tujuan perawatan
spiritual Islam adalah bagaimana mengembalikan manusia kedalam fitrahnya agar
bisa mengenal Tuhannya, melaksanakan segala perintah-Nya, dan menjauhi segala
larangan-Nya. Namun, kerena kehidupan manusia tidaklah steril dari kotoran atau
penyakit, maka metoda yang dianjurkan para ulama dalam menjaga kefitrahan diri
dalah dengan melakukan penyucian jiwa (Tazkiyat an-nafs). Tazkiyah merupakan
dasar untuk peningkatan dan pengembangan keperibadian. Tazkiyah juga merupakan
proses panjang, proaktif, perjuangan yang sulit dalam mengembalikan kedudukan
manusia kedalam kontrak semula antara mahluk dan Khalik (Allah). Allah SWT
berfirman: “…..Dan barangsiapa yang menyucikan dirinya, sesungguhnya ia
menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri, Dan kepada Allahlah tempat
kembali (QS 35:18)”.
Memperbaiki, dan
meneguhkan akidah, ibadah, menghindari hal-hal yang dilarang, senantiasa
mengingat kekuasaan Yang Maha Pencipta, dan mentafakuri segala ciptaan Allah,
merupakan jalan tazkiyah yang dapat meningkatkan kepribadian, berahkak
kharimah, asertif, dan percaya diri. Hidup ditengah-tengan lingkungan yang
sarat dengan nilai kebenaran dan keshalihan sangat diperlukan untuk memotivasi
penyucian jiwa. Islam adalah agama amal, mencapai tazkiyah pun melalui amal
perbuatan yang nyata.
Dalam kondisi
seseorang sedang ditimpa musibah berupa sakit, maka Islam memberikan bimbingan
bagaimana mensikapi sakit dengan senatiasa berhusnudzan kepada Allah, berserah
diri kepada Allah, mengingat Allah (dizkr), sabar, berdo’a dan berupaya dengan
jalan yang diridhai Allah. Perawat yang sehari-hari merawat klien yang sakit
sangat berperan dalam memberikan bimbingan ruhani sesuai batas kemampuan atau
berupaya memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan ruhiyah bagi pasien
yang sedang sakit. Beberapa intervensi yang bisa dikembangkan oleh
perawat dalam membantu memenuhi kebutuhan ruhiyah kliennya adalah diantaranya
dengan mengucapkan salam kepada klien, menunjukan sikap ramah, kasih saying,
perhatian, mendo’akan klien, memberikan tausiah, meluangkan waktu untuk
berdiskusi dengan klien, memfasilitasi kegitan ibadah klien, menghadirkan
petugas kerohanian, memberikan bimbingan sakaratul maut, serta menata kondisi
lingkungan yang kondusif untuk terpenuhinya kebutuhan ruhiyah
klien.
I.
Pendekatan Holistik Dalam Asuhan
Keperawatan
Holistik merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan
keperawatan yang meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan
spiritual. Dimensi tersebut merupakan suatu kesatuan yang utuh, apabila satu
dimensi terganggu akan mempengaruhi dimensi lainnya. Holistik terkait dengan
kesejahteraan (Wellnes). Untuk mencapai kesejahteraan terdapat lima dimensi
yang saling mempengaruhi yaitu: fisik, emosional, intelektual, sosial dan
spiritual. Untuk mencapai kesejahteraan tersebut, salah satu aspek yang harus
dimiliki individu adalah kemampuan beradaptasi terhadap stimulus. Teori
adaptasi Sister Callista Roy dapat digunakan.
Teori ini menggunakan pendekatan yang dinamis, di mana peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan memfasilitasi kemampuan
klien untuk melakukan adaptasi dalam menghadapi perubahan kabutuhan dasarnya.
Tindakan direncanakan dengan tujuan mengubah stimulus dan difokuskan pada
kemampuan individu dalam beradaptasi terhadap stimulus. Sedangkan evaluasi yang
dilakukan dengan melihat kemampuan klien dalam beradaptasi dan mencegah
timbulnya kembali masalah yang pernah dialami. Kemampuan adaptasi ini meliputi
seluruh aspek baik bio, psiko maupun sosial (holistik). Sebagai pemberi asuhan
keperawatan, konsep holistik dan adaptasi ini merupakan konsep yang harus di
pahami oleh perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas
kepada klien.
Bicara
tentang konsep holistic dari dulu perawat telah lama mengenal. Dalam literatur
keperawatan dikatakan perawat memandang manusia sebagai makhluk yang utuh
bio,psiko, sosio, spiritual. Karena konsep yang dibahas cukup luas teman saya
ada yang memplesetkan sebagai “ipolesosbudhankamrata”nya perawat. Saking
luasnya jangkauan yang “harus dijangkau” oleh perawat bahkan ada yang bersikap
skeptis.
J.
Sejarah Profesi
Keperawatan
Ajaran-ajaran
normatif agama tentang perawatan di atas, tidak hanya sebatas dasar teoritis,
melainkan sudah pula dipraktikkan dalam realitas kehidupan di masa lalu. Di
masa-masa awal perkembangan Islam dikenal sejumlah wanita yang mengabdikan
dirinya di bidang keperawatan, di antaranya Rufaidah, ia berjasa mendirikan
rumah sakit pertama di zaman Nabi Muhammad Saw guna menampung dan merawat
orang-orang sakit, baik karena penyakit maupun terluka dalam peperangan Kalau
di Eropa dikenal nama Jean Henry Dunant, dokter Swiss yang melalui Konferensi
Jenewa l864 diakui sebagai Bapak Palang Merah Interasional, diikuti oleh
Florence Nightingale sebagai Ibu Perawat Dunia pertama, maka Rufaidah-lah yang
dianggap sebagai “Nightingale” dalam Islam.
Rufaidah binti Sa'ad (Ruafaidah
Al-Asalmiya)
Prof. Dr. Omar
Hasan Kasule, Sr, 1998 dalam studi Paper Presented at the 3rd International
Nursing Conference "Empowerment and Health: An Agenda for Nurses in the
21st Century" yang diselenggarakan di Brunei Darussalam 1-4 Nopember 1998,
menggambarkan Rufaidah adalah perawat profesional pertama dimasa sejarah islam.
Beliau hidup di masa Nabi Muhammad SAW di abad pertama Hijriah/abad ke-8
Sesudah Masehi, dan diilustrasikan sebagai perawat teladan, baik dan bersifat
empati. Rufaidah adalah seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi dan
memotivasi orang lain. Dan digambarkan pula memiliki pengalaman klinik yang
dapat ditularkan kepada perawat lain, yang dilatih dan bekerja dengannya. Dia
tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek klinikal semata, namun juga
melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat
mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Rufaidah adalah public health
nurse dan social worker, yang menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia
Islam.
Rufaidah binti
Sa'ad memiliki nama lengkap Rufaidah binti Sa'ad Al Bani Aslam Al Khazraj, yang
tinggal di Madinah, dia lahir di Yathrib dan termasuk kaum Ansar (golongan yang
pertama kali menganut Islam di Madinah). Ayahnya seorang dokter, dan dia
mempelajari ilmu keperawatan saat bekerja membantu ayahnya. Dan saat kota
Madinah berkembang, Rufaidah mengabdikan diri merawat kaum muslim yang sakit,
dan membangun tenda di luar Masjid Nabawi saat damai. Dan saat perang Badr,
Uhud, Khandaq dan Perang Khaibar dia menjadi sukarelawan dan merawat korban
yang terluka akibat perang. Dan mendirikan Rumah sakit lapangan sehingga
terkenal saat perang dan Nabi Muhammad SAW sendiri memerintahkan korban yang
terluka dirawat olehnya. Pernah digambarkan saat perang Ghazwat al Khandaq,
Sa'ad bin Ma'adh yang terluka dan tertancap panah di tangannya, dirawat oleh
Rufaidah hingga stabil/homeostatis (Omar Hassan, 1998).
Rufaidah
melatih pula beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat, dan dalam perang
Khaibar mereka meminta ijin Nabi Muhammad SAW, untuk ikut di garis belakang
pertempuran untuk merawat mereka yang terluka, dan Nabi mengijinkannya. Tugas
ini digambarkan mulia untuk Rufaidah, dan merupakan pengakuan awal untuk
pekerjaaannya di bidang keperawatan dan medis.
Konstribusi
Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka akibat perang. Namun juga
terlibat dalam aktifitas sosial di komuniti. Dia memberikan perhatian kepada
setiap muslim, miskin, anak yatim, atau penderita cacat mental. Dia merawat
anak yatim dan memberikan bekal pendidikan. Rufaidah digambarkan memiliki
kepribadian yang luhur dan empati sehingga memberikan pelayanan keperawatan
yang diberikan kepada pasiennya dengan baik pula. Sentuhan sisi kemanusiaan
adalah hal yang penting bagi perawat, sehingga perkembangan sisi tehnologi dan
sisi kemanusiaan (human touch) mesti seimbang.
Rufaidah juga
digambarkan sebagai pemimpin dan pencetus Sekolah Keperawatan pertama di dunia
Isalam, meskipun lokasinya tidak dapat dilaporkan (Jan, 1996), dia juga merupakan
penyokong advokasi pencegahan penyakit (preventif care) dan menyebarkan
pentingnya penyuluhan kesehatan (health education).
Sejarah islam
juga mencatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah seperti : Ummu
Ammara, Aminah, Ummu Ayman, Safiyat, Ummu Sulaiman, dan Hindun. Beberapa wanita
muslim yang terkenal sebagai perawat adalah : Ku'ayibat, Aminah binti Abi Qays
Al Ghifari, Ummu Atiyah Al Ansariyat dan Nusaibat binti Ka'ab Al Maziniyat 6).
Litelatur lain menyebutkan beberapa nama yang terkenal menjadi perawat saat
masa Nabi Muhammad SAW saat perang dan damai adalah : Rufaidah binti Sa'ad Al
Aslamiyyat, Aminah binti Qays al Ghifariyat, Ummu Atiyah Al Anasaiyat, Nusaibat
binti Ka'ab Al Amziniyat, Zainab dari kaum Bani Awad yang ahli dalam penyakit dan
bedah mata.
Ummu Ammara
juga dikenal juga sebagai Nusaibat binti Ka'ab bin Maziniyat, dia adalah ibu
dari Abdullah dan Habi, anak dari Bani Zayd bin Asim. Nusaibat dibantu suami
dan anaknya dalam bidang keperawatan. Dia berpartisipasi dalam Perjanjian Aqabat
dan perjanjian Ridhwan, dan andil dalam perang Uhud dan perang melawan
musailamah di Yamamah bersama anak dan suaminya. Dia terluka 12 kali, tangannya
terputus dan dia meninggal dengan luka-lukanya. Dia terlibat dalam perang Uhud,
merawat korban yang luka dan mensuplai air dan juga digambarkan berperang menggunakan
pedang membela Nabi.
Florence Nightingale
Sementara
sejarah perawat di Eropa dan Amerika mengenal Florence Nightingale sebagai
pelopor keperawatan modern.
Selama ini pula
perawat Indonesia khususnya lebih mengenal Florence Nightingale sebagai tokoh
keperawatan, yang mungkin saja lebih dikarenakan konsep keperawatan modern yang
mengadopsi litelature barat. Florence Nightingale (Firenze, Italia, 12 Mei 1820
– 13 Agustus 1910) adalah pelopor perawat modern. Ia dikenali dengan nama The
Lady With The Lamp dalam bahasa Inggris yang berarti “Sang Wanita dengan
Lampu”. Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam
bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris.
Florence dilahirkan
dalam keluarga berada dan tumbuh sebagai wanita yang menawan dan periang yang
mempunyai masa depan yang cerah. Bagaimanapun penderitaan yang dilihatnya
semasa peperangan di semenanjung Krim di Rusia tahun 1858, menyebabkan hati
Florence Nightingale tersentuh melihat penderitaan tentara yang luka dan
dibiarkan saja dalam rumah sakit yang kotor. Florence Nightingale dikenal
sebagai perawat dan teoris pertama yang memiliki body of knowledge keperawatan.
Nigtingale menekankan fokus intervensi keperawatan adalah membuat lingkungan
yang kondusif bagi manusia untuk hidup sehat. Sebagian besar dari pemikiran
Nightingale masih relevan dengan pendidikan keperawatan di
Indonesia pada masa sekarang maupun yang akan datang. (A.Yani, 2004)
Tentu saja
perkembangan keperawatan di masa Rufaidah binti Sa’ad (thn 570 – 632 SM ),
dengan perkembangan keperawatan era Florence Nightingale, dan perkembangan
keperawatan era tahun 2000 akan tetap berbeda seiring dengan tuntutan pelayanan
kesehatan. Kedua tokoh keperawatan tersebut muncul di masa-masa peperangan,
sedangkan saat ini keperawatan bergerak maju dalam suasana damai, namun dengan
kompleksitas tuntutan asuhan keperawatan dan beragam penyakit infeksi dan
penyakit degeneratif (double burden disease).
K.
Sejarah
Perkembangan Islam dalam Keperawatan
Masa sejarah
perkembangan islam dalam keperawatan, tidak dapat dipisahkan dalam konteks
perkembangan keperawatan di Arab Saudi khususnya, dan negara-negara di timur
tengah umumnya. Berikut ini akan lebih dijelaskan tentang sejarah perkembangan
keperawatan di masa Islam dan di Arab Saudi khususnya.
1. Masa
penyebaran Islam/ The Islamic Period (570 – 632 M)
Dokumen tentang
keperawatan sebelum-islam (pre-islamic period) sebelum 570 M sangat sedikit
ditemukan. Perkembangan keperawatan di masa ini, sejalan dengan perang kaum
muslimin/jihad (holy wars), memberikan gambaran tentang keperawatan dimasa ini.
Sistem kedokteran masa lalu yang lebih menjelaskan pengobatan dilakukan oleh
dokter ke rumah pasien dengan memberikan resep, lebih dominan. Hanya sedikit
sekali lilature tentang perawat, namun dalam periode ini dikenal seorang
perawat yang bersama Nabi Muhammad SAW telah melakukan peran keperawatan yaitu
Rufaidah binti Sa'ad/Rufaidah Al-Asamiya (Tumulty 2001, Al Osimy, 1994).
2. Masa
Setelah Nabi/Post –Prophetic Era (632 – 1000 M)
Sejarah tentang
keperawatan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW jarang sekali (Al Simy, 1994).
Dokumen yang ada lebih didominasi oleh kedokteran dimasa itu. Dr Al-Razi yang
digambarkan sebagai seorang pendidik dan menjadi pedoman yang juga menyediakan
pelayanan keperawatan. Dia menulis dua karangan tentang "The Reason Why
Some Persons and the Common People Leave a Physician Even if He Is Clever"
dan "A Clever Physician Does Not Have the Power to Heal All Diseases, for
That is Not Within the Realm of Possibility." Di masa ini ada perawat
diberi nama "Al Asiyah" dari kata Aasa yang berarti mengobati luka,
dengan tugas utama memberikan makanan, memberikan obat, dan rehidrasi.
3. Masa
Late to Middle Ages (1000 – 1500 M)
Dimasa ini
negara-negara Arab membangun RS dengan baik, dan mengenalkan perawatan orang
sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar dalam peradaban Islam dan banyak
dianut RS modern saat ini hingga sekarang, yaitu pemisahan anatar ruang pasien
laki-laki dan wanita, serta perawat wanita merawat pasien wanita dan perawat
laki-laki, hanya merawat pasien laki-laki (Donahue, 1985, Al Osimy, 2004).
4. Masa
Modern (1500 – sekarang) Early Leaders in Nursing’s Development
Masa ini
ditandai dengan banyaknya ekspatriat asing (perawat asing dari Eropa, Amerika
dan Australia, India, Philipina) yang masuk dan bekerja di RS di negara-negara
Timur Tengah. Bahkan dokumen tentang keperawatan di Arab, sampai tahun 1950
jarang sekali, namun di tahun 1890 seorang misionaris Amerika, dokter dan
perawat dari Amerika telah masuk Bahrain dan Riyadh untuk merawat Raja Saudi
King Saud. (Amreding, 2003).
Dimasa ini ada seorang perawat Timur Tengah bernama Lutfiyyah Al-Khateeb, seorang perawat bidan Saudi pertama yang mendapatkan Diploma Keperawatan di Kairo dan kembali ke negaranya, dan di tahun 1960 dia membangun Institusi Keperawatan di Arab Saudi.
Meskipun keperawatan masih baru sebagai profesi di Timur tengah, sebenarnya telah dibangun di masa Nabi Muhammad SAW. Dimana mempengaruhi philosofi praktek, dan profesi keperawatan. Dan sejak tahun 1950 dengan dikenalkannya organized health care dan pembangunan RS di Arab Saudi, keperawatan menjadi lebih maju dan bukan hanya sekedar pekerjaan (job training).
Dimasa ini ada seorang perawat Timur Tengah bernama Lutfiyyah Al-Khateeb, seorang perawat bidan Saudi pertama yang mendapatkan Diploma Keperawatan di Kairo dan kembali ke negaranya, dan di tahun 1960 dia membangun Institusi Keperawatan di Arab Saudi.
Meskipun keperawatan masih baru sebagai profesi di Timur tengah, sebenarnya telah dibangun di masa Nabi Muhammad SAW. Dimana mempengaruhi philosofi praktek, dan profesi keperawatan. Dan sejak tahun 1950 dengan dikenalkannya organized health care dan pembangunan RS di Arab Saudi, keperawatan menjadi lebih maju dan bukan hanya sekedar pekerjaan (job training).
Sejarah keperawatan di dunia diawali pada zaman purbakala
(Primitive Culture) sampai pada munculnya Florence Nightingale sebagai pelopor
keperawatan yang berasal dari Inggris.
Perkembangan keperawatan sangat dipengaruhi oleh
perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia.
Perkembangan
keperawatan diawali pada :
1. Zaman Purbakala (Primitive Culture)
Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri
sendiri (tercermin pada seorang ibu). Harapan pada awal perkembangan
keperawatan adalah perawat harus memiliki naluri keibuan (Mother Instinc). Dari
masa Mother Instic kemudian bergeser ke zaman dimana orang masih percaya pada
sesuatu tentang adanya kekuatan mistic yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia. Kepercayaan ini dikenal dengan nama Animisme. Mereka meyakini bahwa
sakitnya seseorang disebabkan karena kekuatan alam/pengaruh gaib seperti
batu-batu, pohon-pohon besar dan gunung-gunung tinggi.
Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa
dimana pada masa itu mereka menganggap bahwa penyakit disebabkan karena
kemarahan dewa, sehingga kuil-kuil didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang
yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut. Setelah itu perkembangan
keperawatan terus berubah dengan adanya Diakones & Philantrop, yaitu suatu
kelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit,
sejak itu mulai berkembanglah ilmu keperawatan.
2. Zaman Keagamaan
Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual
dimana seseorang yang sakit dapat disebabkan karena adanya dosa/kutukan Tuhan.
Pusat perawatan adalah tempat-tempat ibadah sehingga pada waktu itu pemimpin
agama disebut sebagai tabib yang mengobati pasien. Perawat dianggap sebagai
budak dan yang hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama.
3. Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani,
dimana pada saat itu banyak terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita
yang bertujuan untuk mengunjungiorang sakit sedangkan laki-laki diberi tugas
dalam memberikan perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal.
Pada zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia mendirikan
Xenodhoecim atau hospes yaitu tempat penampungan orang-orang sakit yang
membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini berdirilah Rumah Sakit di Roma yaitu
Monastic Hospital.
4. Pertengahan abad VI Masehi
Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia Barat Daya
yaitu Timur Tengah, seiring dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama
Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi
Muhammad SAW menyebarkan agama Islam.
Abad VII Masehi, di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu
pengetahuan seperti Ilmu Pasti, Kimia, Hygiene dan obat-obatan. Pada masa ini
mulai muncul prinsip-prinsip dasar keperawatan kesehatan seperti pentingnya
kebersihan diri, kebersihan makanan dan lingkungan. Tokoh keperawatan yang
terkenal dari Arab adalah Rufaidah.
5.
Permulaan abad XVI
Pada
masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi
kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan
tempat-tempat ibadah ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama
untuk merawat orang sakit. Dengan adanya perubahan ini, sebagai dampak
negatifnya bagi keperawatan adalah berkurangnya tenaga perawat. Untuk memenuhi
kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat bekerja sebagai
perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya perang salib, untuk
menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai perawat,
mereka terdiri dari orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami
berperang dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat.
Pengaruh perang
salib terhadap keperawatan :
a. Mulai
dikenal konsep P3K.
b. Perawat
mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga timbul peluang kerja bagi perawat
dibidang sosial.
Ada 3 Rumah
Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap perkembangan keperawatan :
1.
Hotel Dieu di Lion
Awalnya pekerjaan perawat
dilakukan oleh bekas WTS yang telah bertobat. Selanjutnya pekerjaan perawat
digantikan oleh perawat terdidik melalui pendidikan keperawatan di RS ini.
2.
Hotel Dieu di Paris
Pekerjaan
perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi Perancis, orde agama
dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-orang bebas. Pelopor
perawat di RS ini adalah Genevieve Bouquet.
3.
ST. Thomas Hospital (1123 M)
Pelopor
perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa ini perawat
mulai dipercaya banyak orang. Pada saat perang Crimean War, Florence ditunjuk
oleh negara Inggris untuk menata asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal
tersebut memberi peluang bagi Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus
meningkatkan status perawat. Kemudian Florence dijuluki dengan nama “ The Lady
of the Lamp”.
6.
Perkembangan keperawatan di Inggris
Florence
kembali ke Inggris setelah perang Crimean. Pada tahun 1840 Inggris mengalami
perubahan besar dimana sekolah-sekolah perawat mulai bermunculan dan Florence
membuka sekolah perawat modern. Konsep pendidikan Florence ini mempengaruhi
pendidikan keperawatan di dunia.
Kontribusi
Florence bagi perkembangan keperawatan a. l :
a. Nutrisi
merupakan bagian terpenting dari asuhan keperawatan.
b. Okupasi dan
rekreasi merupakan terapi bagi orang sakit
c. Manajemen RS
d.
Mengembangkan pendidikan keperawatan
e. Perawatan
berdiri sendiri berbeda dengan profesi kedokteran
f. Pendidikan
berlanjut bagi perawat.
Sejarah dan
Perkembangan Keperawatan di Indonesia
Sejarah dan
perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda
sampai pada masa kemerdekaan.
1. Masa
Penjajahan Belanda
Perkembangam
keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi yaitu pada
saat penjajahan kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Pada masa pemerintahan
kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut Velpeger
dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit.
Tahun 1799
didirikan rumah sakit Binen Hospital di Jakarta untuk memelihara kesehatan staf
dan tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial Belanda pada masa ini adalah
membentuk Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat. Daendels
mendirikan rumah sakit di Jakarta, Surabaya dan Semarang, tetapi tidak diikuti
perkembangan profesi keperawatan, karena tujuannya hanya untuk kepentingan
tentara Belanda.
2. Masa
Penjajahan Inggris (1812 – 1816)
Gurbernur
Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat memperhatikan
kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan adalah milik
manusia, ia melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan
penduduk pribumi antara lain :
- pencacaran
umum
- cara
perawatan pasien dengan gangguan jiwa
- kesehatan
para tahanan
Setelah
pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk lebih maju.
Pada tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919
dipindahkan ke Salemba yaitu RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816 – 1942
berdiri rumah sakit – rumah sakit hampir bersamaan yaitu RS. PGI Cikini
Jakarta, RS. ST Carollus Jakarta, RS. ST. Boromeus di Bandung, RS Elizabeth di
Semarang. Bersamaan dengan itu berdiri pula sekolah-sekolah perawat.
3. Zaman
Penjajahan Jepang (1942 – 1945)
Pada masa ini
perkembangan keperawatan mengalami kemunduran, dan dunia keperawatan di
Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas keperawatan dilakukan oleh
orang-orang tidak terdidik, pimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang,
akhirnya terjadi kekurangan obat sehingga timbul wabah.
4. Zaman
Kemerdekaan
Tahun 1949
mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan yaitu rumah sakit dan balai
pengobatan. Tahun 1952 didirikan Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat
setimgkat SMP. Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan tahun 1962
yaitu Akper milik Departemen Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat
profesional pemula. Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) mulai
bermunculan, tahun 1985 didirikan PSIK ( Program Studi Ilmu Keperawatan ) yang
merupakan momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia. Tahun 1995 PSIK FK UI
berubah status menjadi FIK UI. Kemudian muncul PSIK-PSIK baru seperti di Undip,
UGM, UNHAS dll.
M.
Keperawatan, Islam, Masa Kini Dan
Mendatang
Dr.
H Afif Muhammad dalam seminar perawat rohani Islam di Akper Aisyiyah, Bandung
31/8/2004 mengatakan, masalah sehat dan sakit adalah alami sebagai ujian dari
Allah SWT, hingga manusia tidak akan bisa terbebas dari sakit. "Sehat
kerap membuat orang lupa dan lalai baik dalam melaksanakan perintah-perintah Allah
maupun mensyukuri nikmat sehatnya. Kita sering menyebut kondisi yang tidak
menyenangkan seperti sakit sebagai musibah yang terkesan negatif, padahal
musibah berkonotasi positif," jelasnya.
Tugas
seorang perawat, menurut H. Afif, menekankan pasien agar tidak berputus asa
apalagi menyatakan kepada pasiennya tidak memiliki harapan hidup lagi.
"Pernyataan tidak memiliki harapan hidup untuk seorang muslim tidak dapat
dibenarkan. Meski secara medis tidak lagi bisa menanganinya, tapi kalau Allah
bisa saja menyembuhkannya dengan mengabaikan hukum sebab akibat," katanya.
Perawat juga memandu pasiennya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT hingga
kondisinya semakin saleh yang bisa mendatangkan "manjurnya" doa.
Dr. Ahmad Khan (lulusan suma cumlaude dari Duke University) yang menemukan Ayat-ayat Al Quran dalam DNA (Deoxy Nucletida Acid) berpesan semoga penerbitan buku saya "Alquran dan Genetik", semakin menyadarkan umat Islam, bahwa Islam adalah jalan hidup yang lengkap. Kita tidak bisa lagi memisahkan agama dari ilmu politik, pendidikan atau seni. Semoga muslim menyadari bahwa tidak ada gunanya mempertentangkan ilmu dengan agama. Demikian juga dengan ilmu-ilmu keperawatan penulis berharap akan datang suatu generasi yang mendalami prinsip-prinsip ilmu keperawatan yang digali dari agama Islam. Hal ini dapat dimulai dari niat baik para pemegang kebijakan (decission maker) yang beragama Islam baik di institusi pendidikan atau pada level pemerintah.
Dr. Ahmad Khan (lulusan suma cumlaude dari Duke University) yang menemukan Ayat-ayat Al Quran dalam DNA (Deoxy Nucletida Acid) berpesan semoga penerbitan buku saya "Alquran dan Genetik", semakin menyadarkan umat Islam, bahwa Islam adalah jalan hidup yang lengkap. Kita tidak bisa lagi memisahkan agama dari ilmu politik, pendidikan atau seni. Semoga muslim menyadari bahwa tidak ada gunanya mempertentangkan ilmu dengan agama. Demikian juga dengan ilmu-ilmu keperawatan penulis berharap akan datang suatu generasi yang mendalami prinsip-prinsip ilmu keperawatan yang digali dari agama Islam. Hal ini dapat dimulai dari niat baik para pemegang kebijakan (decission maker) yang beragama Islam baik di institusi pendidikan atau pada level pemerintah.
Di
negara-negara timur tengah, konteks keperawatan sendiri banyak dipengaruhi oleh
sejarah keperawatan dalam Islam, budaya dan kepercayaan di Arab, keyakinan akan
kesehatan dari sudut pandang islam (Islamic health belief), dan nilai-nilai
profesional yang diperoleh dari pendidikan keperawatan. Tidak seperti pandangan
keperawatan di negara barat, keyakinan akan spiritual islam tercermin dalam
budaya mereka.
Di
Indonesia mungkin hal serupa juga terjadi, tinggal bagaimana keperawatan dan
islam dapat berkembang sejalan dalam harmoni percepatan tuntutan asuhan
keperawatan, kompleksitas penyakit, perkembangan tehnologi kesehatan dan
informatika kesehatan. Agar tetap mengenang dan menteladani sejarah
perkembangan keperawatan yang di mulai oleh Rufaida binti Sa'ad.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio, spiritual
yang komprehensif, ditunjukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik
sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Keperawatan dalam islam tidak hanya
menjalankan pekerjaannya sebagai profesi tetapi sebagai bentuk syiar islam,
yang mengintegrasikan nilai-nilai keislaman serta mengaplikasikannya dalam
praktik keperawatan.
Keperawatan adalah suatu manifestasi
dari ibadah yang berbentuk pelayanan professional dan merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang didasari pada keimanan, keilmuan dan amal.
Mengingat kompleksnya faktor pemicu
penyakit dan kesakitan, maka profesi keperawatan tidak bisa dihindari. Kapan
dan di mana pun, keperawatan sangat dibutuhkan, baik yang dilakukan secara
sederhana dan tradisional sampai pada yang semi modern dan supermodern.
Kegiatan pelayanan
keperawatan berkualiatas telah dimulai sejak seorang perawat muslim pertama
yaitu Siti Rufaidah pada jaman Nabi Muhammad S.A.W, yang selalu berusaha
memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah
kliennya kaya atau miskin.
Sementara sejarah
perawat di Eropa dan Amerika mengenal Florence Nightingale sebagai pelopor
keperawatan modern. Selama ini pula perawat Indonesia khususnya lebih mengenal
Florence Nightingale sebagai tokoh keperawatan, yang mungkin saja lebih
dikarenakan konsep keperawatan modern yang mengadopsi litelature barat.
Florence Nightingale (Firenze, Italia, 12 Mei 1820 - 13 Agustus 1910) adalah
pelopor perawat modern.
B. SARAN
Semoga makalah dapat bermanfaat bagi
penulis dan seluruh umat manusia, khususnya mahasiswa-mahasiswi keperawatan.
Allah
menciptakan manusia sebagai pemimpin di muka bumi ini, tapi apabila manusia
sudah menjadi pemimpin terkadang mereka lupa dengan masyarakat yang dia pimpin.
Sebagai calon pemimpin dalam bidang keperawatan atau kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien
jangan membeda-bedakan, apakah sia kaya atau miskin.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Departemen
Agama RI. 2005. AL-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: PT Syamil Media
Cipta
2. Shihab, M. Quraish. 1998. Wawasan
Al-Quran – Tafsir Maudhu’I atas Barbagai Persoalan Umat, Bandung: Penerbit
Mizan
3.
Nurdiansyah. 2009. Keperawatan Islam. http://nurdiansyah89.wordpress.com/category/keperawatan/ Last update
4.
Cep maftuh. 2010. Profesi perawat dalam persfektif islam. http://cepmaftuh.blogspot.com/.
Last update 14 Mei 2012 pukul 13.45
5.
Joe, Suparto. 2009. Sejarah dan perkembangan keperawatan di dunia.
http:
//perawattegal.wordpress.com/2009/09/09/sejarah-perkembangan-keperawatan-di-dunia/sejaah/.
Last update 11 Juni 2012 pukul 20.26
6. Besti. 2007. Menelusuri Jejak
Dunia Keperawatan dalam Sejarah Islam (Mengenal lebih dekat : Rufaidah binti
Sa'ad)
http://bestifyna04.multiply.com/journal/item/23?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem.
Last update 14 Mei 2012
7.
Anesia
Ayu Kusuma Pratiwi . 2010. Sejarah & Perkembangan Keperawatan di Dunia. http://amelia.student.umm.ac.id.
Last update 14 Mei 2012