BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Hemofilia merupakan kelainan pembekuan darah yang diturunkan secara
X-linked recessive.Dikenal 2 macam hemofilia yaitu hemofilia A karena
defisiensi F VIII dan hemofilia B dengandefisiensi faktor IX. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan riwayat perdarahan, gambaran klinik danpemeriksaan
laboratorium. Pada pemeriksaan hemostasis penyaring dijumpai APTT
memanjangsedang semua tes lain memberi hasil normal. Untuk membedakan hemofilia
A dengan hemofilia Bdapat dikerjakan pemerikasaan TGT atau diferensial APTT,
tetapi dengan tes ini tidak dapatditentukan aktivitas F VIII atau IX. Untuk
mengetahui aktivitas masing-masing faktor perludilakukan assay F VIII dan F IX.
Hemofilia A juga perlu dibedakan dari penyakit von Willebrand karenapenyakit
ini dapat dijumpai aktivitas F VIII yang rendah. Untuk membedakannya
dilakukanpemeriksaan masa perdarahan dan pemeriksaan terhadap faktor von
Willebrand.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa pengertian
dari hemofilia?
2.
Bagaimana
konsep dari penyakit hemofilia?
3.
Bagaimana kosep
asuhan keperawatan pada klien hemofilia?
C.
TUJUAN
1.
Untuk
mengetahui dan memahami pengertian hemofilia
2.
Untuk
mengetahui dan memahami konsep dari penyakit hemofilia
3.
Untuk
mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien hemofilia
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Hemofilia
berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu haima
yang berarti darah dan philia yang berarti cinta atau kasih sayang. Hemofilia adalah suatu penyakit yang
diturunkan, yang artinya diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak
tersebut dilahirkan.
Darah pada
seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara
normal. Proses pembekuan darah pada seorang penderita hemofilia tidak secepat
dan sebanyak orang lain yang normal. Ia akan lebih banyak membutuhkan waktu
untuk proses pembekuan darahnya.
Penderita
hemofilia kebanyakan mengalami gangguan perdarahan di bawah kulit; seperti luka
memar jika sedikit mengalami benturan, atau luka memar timbul dengan sendirinya
jika penderita telah melakukan aktifitas yang berat; pembengkakan pada
persendian, seperti lulut, pergelangan kaki atau siku tangan. Penderitaan para
penderita hemofilia dapat membahayakan jiwanya jika perdarahan terjadi pada
bagian organ tubuh yang vital seperti perdarahan pada otak.
B.
ETIOLOGI
Ada dua kelainan
perdarahan keturunan yang secara klinis sulit dibedakan tetapi dapat dipisahkan
dengan uji laboratorium: hemophilia A dan hemophilia B. hemophilia A disebabkan
oleh kekurangan aktifitas factor pembekuan VIII, sementara hemophilia B
disebabkan oleh kekurangan factor IX. Kekurangan factor VIII terjadi lima kali
lebih sering. Kedua tipe hemophilia diturunkan terkait X, sehingga hamper semua
penderita adalah laki-laki, ibunya dan beberapa saudara perempuannya adalah
karier dan tidak menunjukkan gejala.
1.
Faktor Genetik
Hemofilia atau penyakit gangguan pembekuan darah memang menurun
darigenerasi kegenerasi lewat wanita pembawa sifat (carier) dalam
keluarganya,yang bisa secara langsungmaupun tidak. Seperti kita ketahui, di
dalam setiapsel tubuh manusia terdapat 23 pasangkromosom dengan bebagai macam
fungsidan tugasnya. Kromosom ini menentukan sifat atau ciri
organisme,misalnyatinggi, penampilan, warna rambut, mata dan sebagainya.
Sementara, sekelaminadalah sepasang kromosom di dalam inti sel yang menentukan
jenis kelamin makhluktersebut. Seorang pria mempunyai satu kromosom X dan satu
kromosom Y, sedangkanwanita mempunyai dua kromosom X. Pada kasus hemofilia,
kecacatan terdapat padakromosom X akibat tidak adanyaproteinfaktor VIII dan IX
(dari keseluruhan 13 faktor), yang diperlukan bagi komponen dasarpembekuan
darah (fibrin). (Price & Wilson, 2003.)
2.
Faktor Epigenik
Hemofilia A disebabkan kekurangan faktor VIII dan hemofilia B disebabkan
kekuranganfaktor IX. Kerusakan dari faktor VIII dimana tingkat sirkulasi yang
fungsional dari faktor VIIIini tereduksi. Aktifasi reduksi dapatmenurunkan
jumlah protein faktor VIII, yang menimbulkan abnormalitas dari protein.Faktor
VIII menjadi kofaktor yang efektif untuk faktor IX yang aktif, faktor VIII
aktif, faktor IXaktif, fosfolipid dan juga kalsium bekerja sama untuk membentuk
fungsional aktifasi faktor X yang kompleks (”Xase”), sehinggahilangnya atau
kekurangan kedua faktor ini dapat mengakibatkan kehilangan atau berkurangnya
aktifitas faktor X yang aktif dimana berfungsimengaktifkan protrombin menjadi
trombin, sehingga jika trombin mengalami penurunan pembekuan yang dibentuk
mudah pecah dan tidak bertahanmengakibatkan pendarahan yang berlebihan dan
sulit dalam penyembuhan luka(Price &Wilson, 2003
C.
PATOFISIOLOGI
Darah dibawa ke seluruh tubuh dalam jaringan pembuluh darah.
Ketika jaringan-jaringan yang terluka, kerusakan pembuluh darah dapat
mengakibatkan kebocoran darah melalui lubang di dinding pembuluh. Pembuluh
dapat mematahkan dekat permukaan, seperti dalam memotong. Atau mereka dapat
mematahkan jauh di dalam tubuh, membuat memar atau perdarahan internal.
Trombosit adalah sel kecil yang beredar dalam darah. Setiap
trombosit kurang dari 1 / 10, 000 dari satu sentimeter dengan diameter. Ada
150-400000000000 trombosit dalam satu liter darah normal. Trombosit memainkan
peran penting dalam menghentikan perdarahan dengan menggumpal bersama dan
membentuk plug, sehingga awal perbaikan pembuluh darah terluka. Faktor
pembekuan seperti faktor VIII dan IX yang kemudian diperlukan untuk lem pasang
di tempat sehingga membentuk gumpalan.
Ketika pembuluh darah rusak, ada empat tahap dalam
pembentukan bekuan normal. Lihat
Gambar1.
Tahap
1: pembuluh darah rusak dan pendarahan dimulai.
Tahap
2: Pembuluh darah menyempit untuk memperlambat aliran darah ke daerah cedera.
Tahap
3: Platelet menempel, dan menyebar pada, dinding pembuluh darah yang rusak. Hal
ini disebut adhesi trombosit. Ini trombosit melepaskan zat menyebarkan yang
mengaktifkan trombosit lain di dekatnya yang mengumpul di lokasi cedera untuk
membentuk sebuah plug trombosit. Ini disebut agregasi trombosit.
Tahap
4: Permukaan trombosit ini diaktifkan maka menyediakan situs untuk pembekuan
darah terjadi. Protein pembekuan seperti faktor VIII dan IX yang beredar dalam
darah diaktifkan pada permukaan trombosit membentuk gumpalan mesh seperti
fibrin.
Protein
ini (Faktor I, II, V, VII, VIII, IX, X, XI, XII, XIII dan faktor von
Willebrand) bekerja seperti kartu domino, dalam reaksi berantai. Ini disebut
cascade koagulasi. (Lihat Gambar 2.
Gambar 2
Hemofilia adalah penyakit koagulasi darah kongenital karena
anak kekurangan factor pembekuan VII (hemofiliaA) atau faktor IX (hemofilia B
atau penyakit Christmas). Keadaan ini adalah penyakit kongenital yang
diturunkan oleh gen resesif X-linked dari pihak ibu. Faktor VIII dan faktor IX
adalah protein plasma yang merupakan komponenen yang diperlukan untuk pembekuan
darah, faktor-faktor tersebut diperlukan untuk pembentukan bekuan fibrin pada
tempat pembuluh cedera. Hemofilia berat terjadi bila kosentrasi factor VIII dan
IX plasma kurang dari 1%. Hemofilia sedang terjadi bila kosentrasi plasma
antara 1% dan 5%, dan hemofilia ringan terjadi bila kosentrasi plasma antara 5%
dan 25% dari kadar normal. Manifestasi klinisnya bergantung pada umur anak dan
hebatnya defisiensi factor VIII dan IX. Hemofilia berat ditandai perdarahan
kambuhan, timbul spontan atau setelah trauma yang relative ringan. Tempat
perdarahan paling umum adalah di dalam persensian lutut, siku, pergelangan
kaki, bahu, dan pangkal paha. Otot yang paling sering terkena adalah fleksor
lengan bawah, gastroknemius, dan iliopsoas. Karena kemajuan dalam bidang
pengobatan, hamper semua pasien hemofilia diperkirakan dapat hidup normal (Betz
& Sowden, 2002).
Kecacatan dasar dari hemofilia A adalah defisiensi factor
VIII antihemophlic factor (AHF). AHF diproduksi oleh hati dan merupakan factor
utama dalam pembentukan tromboplastin pada pembekuan darah tahap I. AHF yang
ditemukan dalam darah lebih sedikit, yang dapat memperberat penyakit. Trombosit
yang melekat pada kolagen yang terbuka dari pembuluh yang cedera, mengkerut dan
melepaskan ADP serta faktor 3 trombosit, yang sangat penting untuk mengawali
system pembekuan, sehingga untaian fibrin memendek dan mendekatkan
pinggir-pinggir pembuluh darah yang cedera dan menutup daerah tersebut. Setelah
pembekuan terjadi diikuti dengan sisitem fibrinolitik yang mengandung
antitrombin yang merupakan protein yang mengaktifkan fibrin dan memantau
mempertahankan darah dalam keadaan cair.
Penderita hemofilia memiliki dua dari tiga faktor yang
dibutuhkan untuk proses pembekuan darah yaitu pengaruh vaskuler dan trombosit
(platelet) yang dapat memperpanjang periode perdarahan, tetapi tidak pada
tingat yang lebih cepat. Defisiensi faktor VIII dan IX dapat menyebabkan
perdarahan yang lama karena stabilisasi fibrin yang tidak memadai. Masa
perdarahan yang memanjang, dengan adanya defisiensi faktor VIII, merupakan
petunjuk terhadap penyakit von willebrand. Perdarahan pada jaringan dapat
terjadi dimana saja, tetapi perdahan pada sendi dan otot merupakan tipe yang
paling sering terjadi pada perdarahan internal. Perubahan tulang dan kelumpuhan
dapat terjadi setelah perdarahan yang berulang-ulang dalam beberapa tahun.
Perdarahan pada leher, mulut atau dada merupakan hal yang serius, sejak airway
mengalami obstruksi. Perdarahan intracranial merupakan salah satu penyebab
terbesar dari kematian . Perdarahan pada gastrointestinal dapat menunjukkan
anemia dan perdarahan pada kavum retroperitoneal sangat berbahaya karena
merupakan ruang yang luas untuk berkumpulnya darah. Hematoma pada batang otak
dapat menyebabkan paralysis (Wong, 2001). Ganguan pembekuan darah itu dapat
terjadi; Gangguan itu dapat terjadi karena jumlah pembeku darah jenis tertentu
kurang dari jumlah normal, bahkan hampir tidak ada. Perbedaan proses pembekuan
darah yang terjadi antara orang normal(gambar 1) dan penderita hemofilia
(gambar 2). Gambar 1 dan Gambar 2 menunjukkan pembuluh darah yang terluka di
dalam darah tersebut terdapat faktor-faktor pembeku yaitu zat yang berperan
dalam menghentikan perdarahan. Prinsip Dasar Dari Suatu Keturunan
Setiap sel di dalam tubuh memiliki struktur – struktur yang
di sebut kromosom (chromosomes). Didalam ilmu kimia, sebuah rantai kromosom
yang panjang disebut DNA. DNA ini disusun kedalam ratusan unit yang di sebut
gen yang dapat menentukan beberapa hal, seperti warna mata seseorang.
Setiap sel terdiri dari 46 kromosom yang disusun dalam 23
pasang. Salah satu pasangnya dikenal sebagai kromosom seks, atau kromosom yang
menentukan jenis kelamin manusia. Wanita memiliki dua kromosom X dalam satu
pasang, dan pria memiliki satu kromosom X, dan satu kromosom Y dalam satu
pasang.
D. KLASIFIKASI
Hemofilia terbagi atas dua jenis,
yaitu :
1.
Hemofilia
A yang dikenal juga dengan nama:
a. Hemofilia klasik; karena jenis
hemofilia ini adalah yang paling banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah
b. Hemofilia kekurangan Factor VIII;
terjadi karena kekurangan faktor 8 (Factor VIII) protein pada darah yang
menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
2.
Hemofilia
B yang dikenal juga dengan nama:
a. Christmas disease; karena di temukan
untuk pertama kalinya pada seorang bernama Steven Christmas asal Kanada
b. Hemofilia kekurangan Faktor IX;
terjadi karena kekurangan faktor 9 (Factor IX) protein pada darah yang menyebabkan
masalah pada proses pembekuan darah.Penderita hemofilia parah/ berat yang hanya
memiliki kadar faktor VIII atau faktor IX kurang dari 1% dari jumlah normal di
dalam darahnya, dapat mengalami beberapa kali perdarahan dalam sebulan. Kadang
– kadang perdarahan terjadi begitu saja tanpa sebab yang jelas.
Penderita hemofilia sedang lebih
jarang mengalami perdarahan dibandingkan hemofilia berat. Perdarahan kadang
terjadi akibat aktivitas tubuh yang terlalu berat, seperti olah raga yang
berlebihan. Penderita hemofilia ringan lebih jarang mengalami perdarahan.
Mereka mengalami masalah perdarahan hanya dalam situasi tertentu, seperti
operasi, cabut gigi atau mangalami luka yang serius. Wanita hemofilia ringan
mungkin akan pengalami perdarahan lebih pada saat mengalami menstruasi.
E.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1. Uji skrining untuk koagulasi darah
a.
Jumlah
trombosit (normal 150.000-450.000 tombosit per mm3 darah)
b.
Masa protombin (normal memerlukan waktu 11-13 detik)
c.
Masa
tromboplastin parsial (meningkat, mengukur keadekuatan faktor koagulasi
intrinsik)
d.
Assays
fungsional terhadap faktor VIII dan IX (memastikan diagnosis)
e.
Masa
pembekuan trombin (normalnya 10-13 detik)
2. Biopsi hati (kadang-kadang)
digunakan untuk memperoleh jaringan untuk pemeriksaan patologi dan kultur.
F. MANIFESTASI KLINIS
Penyakit ini,
yang biasa
sangat berat, ditandai dengan memar besar dan meluas dan perdarahan ke dalam
otot, sendi dan jaringan lunak meskipun hanya akibat trauma kecil. Pasien
sering merasakan nyeri pada sendi sebelum tampak adanya pembengkakan dan
keterbatasan gerak. Perdarahan sendi berulang dapat mengakibatkan
kerusakan berat sampai terjadi nyeri
kronis dan ankilosis (fiksasi sendi). Kebanyakan pasien mengalami kecacatan
akibat kerusakan sendi sebelum mereka dewasa. Hematuri spontan dan perdarahan
gastrointestinal dapat terjadi. Penyakit ini sudah diketahui saat awal masa
anak-anak, biasanya saat usia sekolah.
Sebalum tersedia
konsentrat factor VIII, kebanyakan pasien meninggal akibat komplikasi
hemophilia sebelum mereka mencapai usia dewasa. Ada juga penderita hemophilia
dengan defisiensi yang ringan, mempunyai sekitar 5% dan 25% kadar factor VIII
dan IX normal. Pasien seperti ini tidak mengalami nyeri dan kecacatan pada otot
maupun perdarahan sendi, namun mengalami perdarahan ketika cabut gigi atau
operasi. Namun demikian, perdarahan tersebut dapat berakibat fatal apabila
penyebabnya tidak diketahui dengan segera.
Manifestasi
klinis umumnya adalah perdarahan jaringan bagian dalam dan hemartrosis yang
bias timbul kembali oleh trauma.perdarahan retroperotoneal dan perdarahan intracranial
dapat membahayakan kehidupan.
G.
PENATA
LAKSANAAN
Dimasa
lalu, satu-satunya penanganan untuk hemophilia adalah plasma segar beku, yang
harus diberikan dalam jumlah besar sehingga pasien akan mengalami kelebihan
cairan. Sekarang sudah tersedia konsentrat factor VIII dan IX di semua bank
darah. Konsentrat diberikan apabila pasien mengalami perdarahan aktif atau
sebagai upaya pencegahan sebelum pencabutan gigi atau pembedahan. Pasien dan
keluarganya harus diajar cara memberikan konsentrat di rumah, setiap kali ada
tanda perdarahan.
Beberapa
pasien membentuk antibody terhadap konsentrat, sehingga kadar factor tersebut
tidak dapat dinaikkan. Penanganan masalah ini sangat sulit dan kadanga tidak
berhasil. Asam aminokaproat adalah penghambat enzim fibrinolitik. Obat ini
dapat memperlambat kelarutan bekuan darah yang sedang terbentuk, dan dapat
digunakan setelah pembedahan mulut pasien dengan hemophilia.
Dalam
rangka asuhan umum, pasien dengan hemophilia tidak boleh diberi aspirin atau
suntikan secara IM. Kebersihan mulut sangat penting sebagai upaya pencegahan,
karena pencabutan gigi akan sangat membahayakan. Bidai dan alat ortopedi
lainnya sangat berguna bagi pasien yang mengalami perdarahan otot atau sendi.
H.
KOMPLIKASI
Komplikasi
hemophilia meliputi perdarahan dengan menurunnya perfusi, kekakuan sendi akibat
perdarahan, hematuria spontan dan perdarahan gastrointestinal. Pada tahun-tahun
terakhir, ditemukan bahwa pasien yang mengalami hemophilia mempunyai resiko
tinggi menderita AIDS akibat transfuse darah dan komponen darah yang pernah
diterima. Semua darah yang didonorkan sekarang diperiksa terhadap adanya
antibody virus AIDS. Konsentrat factor komersial biasanya sudah dipanaskan
sehingga kemungkinan penularan penyakit infeksi melalui darah dapat diturunkan.
Komplikasi terpenting yang timbul pada hemofilia A dan B
1. Timbulnya inhibitor. Suatu inhibitor
terjadi jika sistem kekebalan tubuh melihat konsentrat faktor VIII atau faktor
IX sebagai benda asing dan menghancurkannya
2. Kerusakan sendi akibat perdarahan
berulang.
3. Infeksi yang ditularkan oleh darah
seperti HIV, hepatitis B dan hepatitis C yang ditularkan melalui konsentrat
faktor pada waktu sebelumnya.
I.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Lakukan
pengkajian fisik
b.
Dapatkan
riwayat kesehatan, khususnya mengenai bukti penyakit pada saudara pria. Penyakit hemofilia lebih banyak
terjadi pada pria karena mereka hanya mempunyai kromosom X. Apakah pada riwayat
keluarga ibu ada yang pernah menderita gangguan pembekuan darah, terutama pada
saudara laki-laki?
Ø
Observasi
adanya manifestasi hemophilia
1)
Perdarahan
yang berkepanjangan di mana saja dari atau di dalam tubuh.
2)
Apakah
anak ibu pernah mengalami perdarahan pada tubuh yang tidak dapat berhenti/
tidak dapat membeku
3)
Hemoragi
karena trauma, misalnya kehilangan gigi desidua, sirkumsisi, terpotong,
eptistaksis, injeksi.
4)
Apakah
anak ibu pernahü mengalami perdarahan yang tidak dapat berhenti setelah
disuntik/ gigi tanggal/ disunat (bagi anak laki-laki)
5)
Memar
berlebihan karena cedera ringan, seperti jatuh.
6)
Apakah
ketika anak ibu terjatuh/ terbentur, ia selaluü mengalami kebiruan pada
kulitnya secara berlebihan?
7)
Hemoragi
subkutan dan intramuscular
Apakah setiap kali disuntik anak ibu selalu mengeluarkanü darah?
Apakah setiap kali disuntik anak ibu selalu mengeluarkanü darah?
8)
Hemartrosis
(perdarahan karena rongga sendi), khususnya lutut, pergelangan kaki, dan siku.
9)
Apakah
anak ibu pernah mengalamai pedarahanü pada sendinya, mungkin ketika ia sedang
belajar berjalan?
10) Hematoma, nyeri, bengkak, dan
gerakan terbatas
Apakah ketika mengalami cedera ringan, anakü ibu selalu merasa sangat nyeri pada daerah cedera dan terjadi bengkak?
Apakah ketika mengalami cedera ringan, anakü ibu selalu merasa sangat nyeri pada daerah cedera dan terjadi bengkak?
11) Hematuria spontan
12) Apakah anak ibu pernah buang air
kecil yang disertaiü darah secara tiba-tiba?
c.
Bantu
dengan prosedur diagnostik dan pengujian, misalnya tes koagulasi, penentuan
faktor defisiensi khusus, pengujian DNA.
2. Diagnosa
a.
Gangguan
perfusi jaringan berhubungan suplai O2 ke jaringan tidak adekuat
b.
Resiko
tinggi cedera berhubungan dengan hemoragi.
c.
Nyeri
berhubungan dengan perdarahan dalam jaringan
d.
Resiko
tinggi gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan efek hemoragi dalam sendi.
e.
Gangguan
volume cairan berhubungan dengan syok hipovolemik.
3. Intervensi
I
a.
Berikan
posisi datar pada anak dengan kaki ditinggikan.
b. Catat perubahan dalam tingkat
kesadaran keluhan sakit kepala, pusing, terjadinya deficit sensori, motorik
pada anak
c. Pantau tanda-tanda vital
d. Pertahankan suhu lingkungan
e. Berikan SDM darah lengkap, produk
darah
Anjurkan ambulasi dan latihan dini
Anjurkan ambulasi dan latihan dini
f. Sesuai indikasi, awasi ketat untuk
komplikasi transfuse
II
a. Siapkan dan berikan konsentrat
faktor VII.
b. Ajari pemberian darah di rumah
c. Lakukan tindakan penunjang
1. Berikan tekanan pada area selama
10-15 menit
2. Imobilisasi dan tinggikan area di
atas jantung
3. Berikan kompres dingin
Ciptakan lingkungan seaman mungkin dengan
Diskusikan pertimbangan diet
Diskusikan pertimbangan diet
d. pengawasan ketat.
e. Hindari latihan rentang gerak pasif
setelah episode perdarahan.
III
a. Catat lokasi, karakteristik, dan
beratnya nyeri meliputi verbal dan non verbal. (diketahui dengan pendekatan
(QUESTT)
b. Lakukan strategi non farmakologis untuk
membantu anak mengatasi nyeri. Distraksi:
1. Libatkan anak dalam bermain, gunakan
radio, tape perekam, alat perekam. Minta anak bernyanyi atau menggunakan
pernafasan berirama
2. Minta anak mengambil nafas dalam dan
meniupkannya sampai diberitahu untuk berhenti.
c. Gunakan strategi yang dikenal anak
dan biarkan teknik distraksi anak memilih salah satunya missal memilih dengan
nafas dalam dan meniupkannya sampai diberitahu untuk berhenti
d. Libatkan orangtua dalam pemilihan
strategi
e. Ajarkan orang tua dalam memilih tindakan
untuk mengurangi nyeri:
1. Meletakkan bayi tidur di atas perut
ibunya
2. Membungkus bayi dengan erat dalam
selimut
Kolaborasi:
Berikan obat analgesic sesuai indikasi,
dengan memberi tahu bahwaanak akan merasa lebih baik
IV
a.
Kaji
kebutuhan akan penatalaksanaan nyeri
b.
Berikan
terapi pengganti dan gunakan tindakan local
c.
Tinggikan
dan imobilisasi sendi selama episode perdarahan
d.
Lakukan latihan rentang gerak aktif setelah
fase akut
Latih sendi dan otot yang sakit
Latih sendi dan otot yang sakit
e.
Jelaskan
pada keluarga akibat jangka panjang yang serius dari hemartrosis
f.
Diskusikan
pertimbangan diet
Kolaborasi:
1. Konsultasi dengan ahli terapi fisik
mengenai program latihan
2. Rujuk pada perawat kesehatan
masyarakat dan atau ahli terapi untuk pengawasan di rumah
V
a.
Ukur
pemasukan dan pengeluaran secara akurat.
b.
Berikan
cairan yang diizinkan selama periode 24 jam.
c.
Awasi
tekanan darah dan frekuensi jantung.
d.
Perhatikan
tanda dan gejala dehidrasi. Contoh : membran mukosa kering, haus.
e.
Kontrol
suhu lingkungan : batasi line tempat tidur.
f.
Kolaborasi
:Awasi pemeriksaan labolatorium. Contoh : natrium.
3.
Evaluasi
a.
Melakukan upaya
mencegah trauma/perdarahan
b.
Nyeri berkurang
c.
Pasien tidak
bingung tidak banyak tanya,
d.
Koping menjadi
efektif menghadapi kondisi kronis dan perubahan gaya hidup
BAB
III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Hemofilia
adalah gangguan perdarahan yang disebabkan oleh defisiensi herediter dan faktor
darah esensial untuk koagulasi (Wong, 2003).
Hemofilia
merupakan penyakit pembekuan darah kongenital yang disebabkan karena kekurangan
faktor pembekuan darah, yaitu faktor VIII dan faktor IX. Factor tersebut
merupakan protein plasma yang merupakan komponen yang sangat dibutuhkan oleh
pembekuan darah khususnya dalam pembentukan bekuan fibrin pada daerah trauma
(Hidayat, 2006).
Hemofilia
merupakan gangguan koagulasi kongenital paling sering dan serius. Kelainan ini
terkait dengan defisiensi faktor VIII, IX atau XI yang ditentukan secara
genetic (Nelson, 1999).
Hemofilia
merupakan gangguan koagulasi herediter atau didapat yang paling sering
dijumpai, bermanifestasi sebagai episode perdarahan intermiten (Price &
Wilson, 2005).
B.
SARAN
PENULIS
Dengan adanya tugas-tugas mahasiswa bisa belajar mandiri
tp, pengajar perlu memperhatikan diskusi dengan baik dan mengarahkan dengan
benar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar